Jakarta,TAMBANG,- Rio Tinto kali ini menggandeng Shougang Group, salah satu dari 10 produsen baja top dunia. Kedua perusahaan ini telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk mempromosikan penelitian, desain, dan implementasi solusi rendah karbon untuk rantai nilai baja. Area fokus MoU meliputi teknologi sintering rendah karbon, optimalisasi tanur sembur (BF) dan tungku oksigen dasar (BOF), serta penangkapan dan pemanfaatan karbon (CCU).
Kemitraan dengan Shougang ini menggarisbawahi komitmen strategis Rio Tinto untuk bermitra dengan pelanggan di jalur dekarbonisasi baja dan untuk berinvestasi dalam teknologi yang dapat memberikan pengurangan intensitas karbon pembuatan baja. Upaya awal akan difokuskan pada pemulihan panas terak BF, pemanfaatan terak BOF, CCU dan teknologi sintering rendah karbon.
MoU ini dibangun di atas hubungan hampir 30 tahun antara Rio Tinto dan Shougang sebagai mitra dagang dan teknis. Kedua perusahaan akan bekerja sama, memanfaatkan kekuatan masing-masing dalam penelitian dan pengembangan, teknologi, proses, peralatan, logistik, dan koordinasi industri untuk mendukung tujuan bersama dalam membatasi dampak perubahan iklim global dan mengurangi emisi karbon.
Chief Commercial Officer Rio Tinto Alf Barrios menjelaskan baja sebagai bahan vital untuk pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur rendah karbon. Di Rio Tinto, kami ingin memainkan peran yang kuat sebagai mitra industri untuk mendukung dekarbonisasi baja. “Kami senang dapat memperluas kemitraan kami dengan Shougang untuk bersama-sama bekerja menuju visi bersama kami tentang rantai nilai baja yang ‘lebih hijau’.”ungkap Alf Barrios.
Wang Jianwei, Wakil Presiden Shougang Group, mengatakan, “Transisi dan peningkatan hijau dan rendah karbon adalah satu-satunya cara untuk pengembangan industri baja berkualitas tinggi dan berkelanjutan. Kerjasama antara Shougang Group dan Rio Tinto Group untuk mengembangkan teknologi generik rendah karbon untuk sektor baja dan mengeksplorasi solusi dekarbonisasi merupakan langkah positif bagi kedua belah pihak untuk bekerja sama dan mempromosikan inovasi teknologi rendah karbon.”
Sekitar 70 persen baja global diproduksi menggunakan rute BF-BOF, menurut Asosiasi Baja Dunia1.