Jakarta, TAMBANG – Ribuan orang berkumpul di Desa Luetzerath, Jerman pada Sabtu (14/1). Mereka berdemo dan menolak perluasan area tambang batu bara Garzwiler yang akan menyasar ke desa tersebut.
Diberitakan, jumlah demonstran yang ikut dalam aksi berjumlah 35 ribu orang. Mereka berjalan melalui desa terdekat, Keyenberg dengan melewati ladang berlumpur dan meneriakkan “Pertahankan desa” dan “Kalian tidak sendiri”.
Di tengah guyuran hujan, para demonstran sempat bersitegang dengan polisi setempat. Sebagian orang yang mencoba masuk ke tepi tambang dipukul mundur.
Kantor berita Jerman melaporkan bahwa polisi menggunakan meriam air dan pentungan untuk menghalau ratusan orang yang mau menorobos area tambang batu bara lignit ini.
Aktivis iklim Greta Thunberg mengatakan bahwa nasib Luetzerath dan perluasan tambang akan berdampak hingga ke luar Jerman.
“Dan jika salah satu pencemar terbesar, seperti Jerman, dan salah satu penghasil emisi CO2 terbesar melakukan hal seperti ini, maka tentu saja hal itu berdampak pada semua orang – terutama mereka yang paling menanggung beban krisis iklim,” katanya.
Aksi kemudian berlanjut pada Minggu (15/1) dan menyebabkan Greta ditahan polisi. Perempuan asal Swedia ini bersama demonstran lain berusaha mempertahankan desa Luetzerath yang akan diratakan menjadi jalan tambang Garzweiler.
Kepolisian Jerman mengatakan bahwa dalam unjuk rasa ini setidaknya 300 orang dievakuasi dari Desa tersebut. Sebanyak 12 demonstran malah sudah diamankan polisi saat terjadi bentrokan pada Sabtu waktu setempat.
Krisis Energi
Tambang Garzweiler merupakan tambang terbuka yang menghasilkan sebagian besar batu bara muda dan lunak berwarna kecoklatan. Batu bara ini digunakan untuk memasok pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Perusahaan membutuhkan batu bara untuk memastikan keamanan energi Jerman yang kini tertekan karena pemotongan pasokan gas dari Rusia sejak invasi Ukraina.
Tambang ini rencananya akan ditutup pada tahun 2030 di bawah kesepakatan negara bagian North Rhine-Westphalia dan perusahaan listrik RWE pada tahun lalu.
Rheinisch-Westfälisches Elektrizitätswerk AG (RWE) adalah Raksasa energi Jerman yang menyetel kembali tiga blok PLTU yaitu Neurath C, Niederaussem E dan F pada bulan Oktober kemarin dengan total di bawah 900 MW.
Sedangkan Blok Neurath D dan E dengan total 1,2 GW, akan tetap beroperasi setelah akhir 2022 sebagai bagian dari kesepakatan yang mengikat RWE untuk mentahapkan batu bara sepenuhnya pada tahun 2030.
Sebelumnya, pemerintah Jerman telah berkomitmen untuk menghentikan pemakaian energi fosil itu secara permanen sebagai upaya menekan emisi gas rumah kaca. Namun rencana itu ditunda sejalan dengan sanksi yang diterimanya terkait invasi Rusia terhadap Ukraina.
“Kami akan mengakhiri pembangkit listrik tenaga lignit (batu bara coklat-red) pada tahun 2030, yang dua kali lebih cepat dari yang direncanakan,” kata CEO RWE, Markus Krebber awal Oktober.