PT Trinitan Metals and Minerals Tbk tengah mengembangkan teknologi pengolahan logam tanah jarang atau rare earth. Emiten berkode saham PURE ini bekerjasama dengan sejumlah pihak, mulai dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), PT Timah (Persero) Tbk, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, Sulawesi Tengah.
Direktur Utama PURE, Petrus Tjandra mengatakan, pihaknya memilih lokasi pengembangan di wilayah pesisir Palu karena melihat potensi geoekonomi yang dapat menciptakan efisiensi transportasi.
Bahkan, Palu dinilai memiliki letak geografis yang lebih strategis dibanding kawasan industri di Morowali, Sulawesi tengah atau di kawasan industri di Maluku Utara.
“Alasan kami memilih KEK Palu karena dilalui oleh Khatulistiwa, dan terletak di Alur Laut Kepulauan Indonesia atau ALKI-2, sehingga memudahkan untuk ekspor dengan biaya logistik yang murah,” tutur Petrus Tjandra saat paparan publik, Jumat (18/21).
Sebelumnya, PURE telah mengembangkan teknologi hidrometalurgi baru bernama Step Temperature Acid Leach (STAL), yang merupakan inovasi karya anak bangsa untuk mengolah nikel kadar rendah. Orientasinya untuk memproduksi bahan baku baterai litium.
Kata Petrus, saat ini PURE tengah melakukan pendaftaran hak paten STAL, dan menunggu penerbitan sertifikat. Teknologi STAL juga sedang dalam proses validasi oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Tak main-main, sambil menunggu lisensi teknologi rilis, PURE menyiapkan anak usahanya, PT Hydrotech Metal Indonesia untuk masuk ke bursa efek di Kanada.
“Kami juga berencana membawa entitas anak perusahaan listing di Kanada, untuk memperluas akses investor global terhadap penerapan STAL Technology. Selain itu, kami juga melihat bahwa sektor teknologi pertambangan di Kanada sangat fokus dan bersaing,” ungkap Petrus.
Apa Itu Teknologi STAL ?
Dalam proses uji coba STAL yang bekerjasama dengan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral itu, PURE melakukan uji validitas pengolahan bijih nikel laterit berkadar rendah.
Lewat teknologi RLEP, PURE mampu mengolah bijih nikel kualitas bawah bahkan yang berkadar 1% menjadi logam nikel murni berkadar 99,96%. Prosesnya dilakukan melalui tiga tahapan.
Tahap pertama, kadar air dalam bijih nikel dihilangkan dengan pemanasan atau proses roasting. Kedua, masuk tahapan leaching menggunakan bahan kimia asam sulfur untuk memisahkan logam. Pada tahap ini, produk yang dihasilkan adalah mixed hydroxide precipitate atau MHP, yang memiliki kadar nikel sekitar 30%.
Tahap terakhir, yaitu pelarutan menggunakan bahan kimia dan pemurnian MHP dengan proses electrowinning, yang mampu menjadikan nikel mendekati sepenuhnya murni, nyaris tanpa limbah.
Adapun STAL yang merupakan pengembangan dari RLEP, diklaim memiliki kinerja yang lebih efisien lagi dalam penggunaan bahan kimia, dan mampu menghasilkan produk sampingan atau by product yang dapat dimanfaatkan kembali, seperti Magnesium Sulfat.