Jakarta,TAMBANG, BUMN tambang batu bara PT Bukit Asam,Tbk (PTBA) mengaku berminat atas konsesi bekas PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT) yang diterminasi Pemerintah pada tahun 2017 silam. Tambang milik anak usaha PT Borneo Lumbung Energi dan Metal ini berlokasi di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.
Sebagaimana diketahui untuk perusahaan tambang yang dicabut izinnya, wilayah pertambangannya akan dikembalikan ke Negara. Wilayah tersebut dapat dijadikan sebagai Wilayah Pencadangan Negara (WPN) atau akan dijadikan Wilayah Izian Usaha Pertambangan yang nantinya akan dilelang. Sesuai aturan yang berlaku, BUMN mendapat prioritas jika wilayah tersebut akan dilelang.
Sekretaris perusahaan PTBA Apollonius Andwie C mengatakan pihaknya masih akan mempelajari dari sisi komersial maupun legal. “Untuk minat eks tambang AKT itu memang kan secara aturan setelah semua clear termasuk legalnya, akan ditawarkan ke BUMN. Kita tentu akan jajaki, atau buat studi apakah layak atau enggak untuk PTBA,” terang Apollonius Andwie C di Jakarta, Selasa (14/7).
PTBA menurut Apollonius dalam diskusi virtual bersama media akan tetap berhati-hati dalam melakukan akuisisi. Segala aspek diperhitungkan. Meski dari pemahaman umum, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan akuisisi karena harga batu bara sedang rendah sehingga mempengaruhi valuasi tambang batu bara.
“Terkait akuisisi, memang secara teori ini time to buy. Apakah bisa direalisasikan tahun ini? Saya belum bisa jawab dengan pasti,” tandasnya.
Ia juga belum bisa memastikan untuk akuisisi tersebut akan menggunakan sumber dana dari mana. “PTBA punya berbagai pilihan. Apakah melalui internal cash, debt, atau bond. Masih cukup banyak,” ujarnya.
Membuka Pasar Baru Di Thailand Dan Brunei Darusalam
Dalam kesempatan itu, Ia juga menjelaskan tentang tantangan industri pertambangan batu bara termasuk PTBA diI tengah pandemic Covid-19. Salah satunya terkait dengan pasar baik dari sisi penjualan maupun dari sisi harga. Dari sisi penjualan misalnya, ada beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor menerapkan kebijakan lockdown.
Sebagai contoh India, dimana beberapa pelabuhan ditutup sehingga pasokan batu bara ke negara tersebut terganggu. Padahal India menjadi pasar terbesar PTBA. Ini yang mendorong PTBA untuk membidik pasar baru khusus ke negara-negara yang tidak terdampak Covid-19. Pasar potensial tersebut diantaranya Taiwan, Thailand dan Brunei Darusalam.
“Ada penurunan ekspor batu bara dari Indonesia sekitar 20 persen, tapi peluang tetap ada dan kita realisasikan pengiriman ke pasar baru Brunei, Filipina jadi potensi pasar ke depan. Kemarin enggak ada complain sih dari buyer baru. Brunei itu baru,” ungkap Appolonius.
Meski masih dalam jumlah yang terbilang kecil. Namun pasar seperti Brunei Darusalam akan menjadi pasar potensial ke depan. “Perusahaan juga masih akan teru mengkaji potensi pasar lain,”terang Appolonius.
Langkah strategis lain adalah mengoptimalkan pasar domestik. PTBA juga giat menjajaki penjualan ke pelanggan baru di dalam negeri. Sebagaimana diketahui PTBA termasuk salah satu pemasok batu bara terbesar untuk pasar domestik.
Sepanjang kuartal I-2020, penjualan batu bara batu bara mencapai 6,8 juta ton. Dibanding periode yang sama tahun 2019 ada kenaikan tipis 2,1%. Di tiga bulan pertama tahun 2019, volume penjualan sebesar 6,6 juta ton.