Jakarta-TAMBANG. Seiring dengan maraknya pembangunan di sektor konstruksi dan infrastruktur telah mendorong peningkatan konsumsi baja nasional. Data Kementrian Perindustrian menyebutkan konsumsi baja nasional tahun 2014 sebesar 26,6 ribu ton. Di tahun ini diperkirakan meningkat menjadi 30,6 ribu ton.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan kebutuhan baja meningkat lantaran sejumlah proyek infrastruktur sudah memasuki tahap realisasi.
Diprediksi, sebanyak 78% konsumsi baja nasional diserap oleh sektor konstruksi dan infrastruktur. Sementara untuk sektor transportasi mampu menyerap 8%, sektor minyak dan gas bumi sebanyak 7%, permesinan 4%, dan 3% lainnya diserap untuk kebutuhan lainnya.
Pria yang akrab disapa Putu itu menerangkan ada beberapa jenis baja yang angka penyerapannya cukup tinggi seperti Hot Rolled Coil, Besi Beton, dan Hot Rolled Plate. “Jenis-jenis baja tersebut biasanya digunakan untuk keperluan konstruksi, perkapalan, permesinan, otomotif, dan alat rumah tangga serta perkantoran,” ungkapnya, Jakarta, Senin (12/10).
Ia melanjutkan, saat ini ada sekitar 93.000 jembatan dengan total panjang 1.138 kilometer sedang dibangun. Rinciannya, sekitar 72.000 jembatan sepanjang 734 kilometer tersebar di provinsi dan kabupaten serta 21.000 jembatan sepanjang 404 kilometer ada di jalan nasional. Dari jumlah itu, kebutuhan baja mencapai 45% dan beton 55%.
Sementara untuk membangun jalan tol, dibutuhkan baja sebanyak 90 kilogram (kg) per meter kubik semen yang digunakan. Sedangkan untuk konstruksi bangunan bertingkat, dibutuhkan 200 kg baja untuk setiap meter kubik semen yang digunakan.
Selain itu, di tahun ini pemerintah juga berencana membangun jaringan transmisi terkait program listrik 35ribu megawatt (MW). Dari proyek itu, rencananya akan dibangun transmisi 150 kilo volt (KV), 275 KV dan 500 KV selama 10 tahun dimulai pada tahun ini hingga 2024. Di antara ketiganya, transmisi 150 KV menjadi jaringan terpanjang dengan 40.413 km.
“Untuk membangun transmisi 150 KV saja setiap satu kilometer butuh tiga unit tower. Berat satu tower bisa mencapai 10 ton atau 30 ton per kilometer,” jelasnya.
Jika dilihat dari proyek Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 hingga 2019 diproyeksikan kebutuhan baja mencapai 14,3 juta ton. Terdiri dari, kegiatan pembangunan Poros Maritim dan Tol Laut dengan nilai proyek mencapai Rp700 triliun, Koridor penyeberangan komplementer tol laut mencapai Rp40 triliun dan pembangkit listrik mencapai Rp1.127 triliun.
Ia optimis, industri baja dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan baja untuk proyek infranstruktur tersebut.