Jakarta-TAMBANG.PT Pertamina (Persero) terus melengkapi infrastrukturnya termasuk kapal. Badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi ini mengejar target komposisi kapal milik sendiri dan kapal sewa 50%:50% yang pengadaannya dilakukan secara bertahap. Pertamina saat ini memproses pengadaan 10 kapal, delapan dari galangan kapal nasional dan dua dari luar negeri.
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, dari total 273 armada kapal yang dioperasikan Pertamina saat ini, sebanyak 207 kapal berstatus sewa. Sedangkan kapal milik sendiri sebanyak 66 kapal. “Kami terus mengejar minimal 50% migas diangkut kapal sendiri,” ujarnya di Jakarta, Jumat (4/3).
Menurut Wianda, Pertamina selalu memberikan tantangan kepada industri dalam negeri baik dalam hal besaran kapal maupun standar kapal. Galangan kapal nasional harus bisa membangun kapal berstandar internasional yang dapat diterima berlayar ke negara mana pun di dunia.
“Kapal-kapal Pertamina juga dituntut untuk ramah lingkungan dan tingkat safety tinggi dan taat terhadap ketentuan-ketentuan internasional lainnya,” ujarnya.
Menurut Wianda, penambahan jumlah kapal milik berdampak pada efisiensi yang sedang gencar dilakukan perseroan. Pada 2015, dengan penggunaan kapal sendiri efisiensi yang diperoleh Pertamina yang tercatat Tim Pembenahan Tata Kelola Arus Minyak mencapai US$225 juta.
“Sektor kapal ini adalah salah satu instrumen kami untuk melakukan efisiensi. Nilai efisiensi penggunaan kapal sendiri tentu besar,” tandas Wianda.
Menurut Wianda sektor perkapalan menjadi instrumen penting dalam upaya efisiensi yang dilakukan Pertamina. Saat ini ada dua hal yang memberikan kontribusi besar bagi Pertamina dalam rangka menunjang efisiensi. “Pertama dari proses dan sistem pengadaan minyak. Kontribusi besar kedua adalah efisiensi di sektor operasional,” katanya.
Menurut Wianda, pada tahun lalu dari strategi yang dilakukan, Pertamina berhasil melakukan efisiensi dari sisi operasional hingga US$280 juta. “Sedangkan dari sistem pengadaan minyak sekitar US$100 juta. Pada 2015, kami bisa survive berkat dua strategi itu,” ungkap Wianda.
Mulyono, Senior Vice President Shipping Direktrorat Pemasaran Pertamina, menambahkan nilai efisiensi dengan mengoperasikan kapal sendiri cukup besar. “Kami bisa berhemat sekitar 10% dari biaya sewa kapal,” ungkap dia.
Menurut Mulyono, untuk mengejar target pengoperasian 50% kapal yang dioperasikan milik sendiri membutuhkan waktu. Pertamina akan mengadakan kapal secara bertahap. “Tahun ini selain Sanggau ada dua kapal sejenis yang akan hadir pada pertengahan tahun ini, yaitu MT Serui dan MT Sanana,” katanya. MT Sanggau pada Kamis (3/3) tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. MT Sanggau dibangun Newtimes Shipbuilding Co Ltd, yang berlokasi di Jinjiang, Provinsi Jiangsu, China.
Mengusung konsep Eco Ship
MT Sanggau merupakan kapal berstatus milik Pertamina yang baru diserahkan pada Januari 2016. Kapal yang berbobot 40.000 long ton dead weight (LDWT) ditargetkan mampu meningkatkan kapasitas pendistribusian minyak mentah Pertamina.
Mulyono mengatakan Sanggau hadir dengan teknologi terbaru dikelasnya serta mengedepankan eco ship yang ramah lingkungan. “Kapal ini di desain ramah terhadap lingkungan, emisi bahan bakarnya sudah memenuhi standar baku lingkungan berstandar internasional,” ungkap dia.
MT Sanggau mampu mengangkut 315.000 barel minyak mentah. Kemampuan angkut Sanggau lebih besar dari rata-rata daya angkut kapal sejenis yang mencapai 200.000 barel. Hal tersebut tidak lepas dari desain terbaru kapal yang dibuat melebar. MT Sanggau akan dioperasikan untuk mengangkut minyak mentah dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu ke kilang minyak di Balikpapan.