JAKARTA, TAMBANG. NEGARA-NEGARA penghasil minyak, baik OPEC maupun non-OPEC akan bertemu pada 17 April mendatang, di Doha, ibukota Qatar. Mohammad bin Saleh, Menteri Energi Qatar yang juga presiden OPEC mengatakan, pertemuan ini merupakan kelanjutan diskusi bulan lalu antara Qatar, Venezuela, Rusia, dan Saudi Arabia, untuk menahan harga minyak pada tingkat produksi Januari 2016.
Rusia dan Saudi Arabia merupakan dua produsen utama minyak dunia, masing-masing di atas 10 juta barel per hari, 1 barel = 159 liter. Pertemuan mereka menghasilkan kesepakatan untuk menjaga produksi minyak pada tingkat bulan Januari 2016, demi menaikkan harga minyak. Venezuela juga mendekati Iran, Rusia, dan Saudi Arabia untuk mencegah makin membanjirnya kelebihan produksi.
Menyongsong rencana itu, harga minyak naik, Kamis kemarin. Harga minyak Amerika, West Texas Intermediate, naik 65 sen menjadi $39,11 per barel. Minyak Brent naik 30 sen menjadi $40,71.
Sejauh ini, sekitar 15 negara produsen dari OPEC dan non-OPEC,yang menghasilkan 73% produksi minyak dunia, mendukung rencana pembekuan tingkat produksi itu.
Produsen besar yang kemungkinan keberatan adalah Iran. Dalam berbagai pernyataannya, Menteri Perminyakan Iran, Bijan Nimdar Zanganeh menyebutkan, Iran hanya akan mendukung kesepakatan bila telah berproduksi hingga 4 juta barel per hari. ‘’Setelah tingkat produksi ini dicapai, baru kami bisa bekerjasama,’’ katanya. ‘’Saat ini, silakan berunding. Tinggalkan kami sendiri,’’ lanjutnya.
Iran dewasa ini berproduksi di kisaran 2,5 juta barel per hari.
Harga minyak ambles hingga 70% sejak mencapai puncaknya, US$115 per barel, pada Juni 2014. Kamis kemarin, minyak Brent diperdagangkan pada $39,22 per barel. Minyak Amerika, West Intermediate Tesas, di $36,97.
Harga minyak yang rendah merepotkan perusahaan minyak. Keuntungan, ekspansi, hingga jumlah karyawannya dipangkas.