Beranda Tambang Today Produksi Surplus, Tembaga dan Batu Bara Jadi Tumpuan Ekonomi Nasional

Produksi Surplus, Tembaga dan Batu Bara Jadi Tumpuan Ekonomi Nasional

ESDM Eramet
Ilustrasi: Tambang Batu Hijau, PT Amman Mineral Internasional, Tbk

Jakarta, TAMBANG – Komoditas tembaga dan batu bara RI diprediksi surplus dan dapat menjadi tumpuan bagi ekonomi nasional dalam menghadapi tantangan ekonomi global di masa mendatang.

Diketahui, saat ini ada smelter tembaga yang sudah mulai beroperasi dan diperkirakan mampu memproduksi 1,3 juta ton katoda tembaga sementara serapan lokal masih minim. Adapun produksi batu bara ditargetkan mencapai 922 juta ton di 2024.

Ketua Indonesian Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau mengungkapkan bahwa Indonesia mesti memanfaatkan adanya defisit komoditas tembaga global yang terjadi pada dalam beberapa tahun mendatang. Padahal kebutuhan akan adanya green technology yang bahan bakunya dari tembaga sangat tinggi.

Maka itu, kata Rachmat, Indonesia harus memiliki strategi untuk mendapatkan keuntungan dari defisit komuditas tembaga itu dengan melakukan ekspor yang bisa mendatangkan pendapatan untuk negara dan terutama lagi mendatangkan investasi yang dapat menyerap produksi katoda tembaga Indonesia yang berlebih.

Ia mengatakan, bahwa saat ini kebutuhan domestik akan tembaga hanya mencapai 250.000 ton per tahun, sementara produksi katoda tembaga akan mencapai 1,3 juta ton per tahun. “Maka itu perlu strategy atau dorongan dari pemerintah terhadap downstream industry,” ungkap Rachmat dalam keterangan tertulis, Rabu (2/10).

Batu Bara Dorong Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB di ASEAN

Dengan tumbuhnya downstream industry maka katoda tembaga yang merupakan hasil olahan smelter bisa terserap maksimal. Rachmat mengatakan, bahwa hilirisasi perusahaan tambang sudah dilakukan dan telah mendukung program pemerintah akan sangat disayangkan jika tidak di manfaatkan di dalam negeri.

“Kami mendukung kebijakan pemerintah terkait hilirisasi. Indonesia harus mengambil peluang dari defisit komoditas tembaga di dunia,” terang Rachmat.

MIP ESDM
Ilustrasi Batu Bara: MV Malahayati Baruna, Vessel milik PT Pelayaran Bahtera Adhiguna (Anak Perusahaan PLN EPI) berkapasitas 55.000 Metrik Ton Batubara sedang melaksanakan Transhipment di Perairan Lontar, Jawa Barat.

Rachmat mengatakan, Indonesia akan disegani dunia karena memiliki tiga atau empat cadangan tembaga besar yang akan berproduksi di masa mendatang,  Dengan produksi Indonesia yang besar di kala global sedang defisit maka nantinya kita memiliki laverage terhadap komuditas ini.

“Dengan potensi tambahan tambang tembaga baru yang berproduksi maka indonesia punya peran besar di dunia, saat ini Indonesia memproduksi sekitar 3-5% tembaga dunia dan diyakini dapat mencapai 7-10% dalam beberapa tahun mendatang dan itu pun defisit tembaga global diperkirakan masih terjadi,” ujar Rachmat.

China Masih Pakai Batu bara

Sementara itu, Rachmat juga menyoroti soal kebijakan energi bersih yang mengesampingkan peran dari batu bara. Padahal, batu bara di Indonesia masih bisa dimanfaatkan sampai 500 tahun.

“Dengan penerapan technology yang baik maka batu bara akan menopang ketahanan energy jangka panjang, sambal terus mendorong pertumbuhan energy terbarukan,” ungkap dia.

Kata Rachmat, saat ini China masih membangun pembangkit batu bara dan memiliki kebijakan penggunaan batu bara untuk mendoorng perekonomiannya. “China punya perencanaan jangka panjang untuk batu bara, kebijakan bertahap untuk mewajibkan penaggkapan sulfur, carbon dan sisa pembakaran di PLTU mereka, kenapa kita tidak?” ungkap dia.

Cadangan batu bara nasional mencapai 35 miliar ton dan sumber daya sebesar 99 miliar ton atau total sekitar 135 milyar ton yang diperkirakan bisa digunakan sebagai sumber energi dalam negeri antara 200 tahun-500 tahun lagi dengan syarat menggunakan cara yang baik.

“Batu bara kita masih 200-500 tahun lagi kalau di pakai sendiri. Indonesia dianugerahi sumber daya dan cadangan batu bara yang kalau kita pakai sendiri 134 miliar ton itu bisa sekitar 500 tahun, untuk kepentingan jangka panjang semestinya strategy kita adalah memaksimalkan pemakaian batu bara dengan menghilangkan dan menangkap polusi yang di timbulkan, seperti yang di targetkan oleh china demi menjaga pertumbuhan ekonomi, saya percaya teknology tersebut akan ada dan akan terjangkau, Posisi Indonesia untuk komuditas batu bara sangatlah unik dan tidak dapat di bandingkan dengan negara lain, kita bisa menentukan strategy yang terbaik untuk kemajuan Indonesia dan tidak asal ikut dengan negara lain yang tidak punya banyak batu bara dan ‘’Benchmark kita seharusnya China dan India,” pungkas dia.