Beranda Korporasi Produksi Q1 Memuaskan, Martabe Revisi Target Produksi 2015

Produksi Q1 Memuaskan, Martabe Revisi Target Produksi 2015

Jakarta-TAMBANG. Tambang emas Martabe yang beroperasi di bawah kendali PT Agincourt Resources berhasil meraih pencapaian produksi kuartal pertama 2015 sebesar 84.220 ounce emas dan 651.218 ounce. Hasil itu merupakan produksi tertinggi sejak tambang emas Martabe berproduksi secara komersial pada 2013.

 

Biaya operasional berdasarkan perhitungan Dewan Emas Dunia (World Gold Council) sebesar US$ 344 per ounce, lebih rendah daripada biaya pada kuartal keempat 2014 sebesar US$ 469 per ounce. Akibat hasil produksi yang baik serta keberhasilan beberapa upaya pengendalian biaya, All-in Sustaining Cost (AISC) pada kuartal ini sangatlah rendah, yaitu US$ 471 per ounce yang dijual, lebih rendah dari AISC di kuartal keempat 2014 yang mencapai US$ 728 per ounce dijual.

 

Presiden Direktur Tambang Emas Martabe, Peter Albert mengatakan, atas pencapaian kuartal pertama 2015, perusahaan mengubah target produksi 2015 menjadi 285.000 ounce emas dan 2,3 juta ounce perak serta perkiraan AISC dalam rentang US$ 600 – 700 per ounce yang dijual. Sebelumnya pada Januari 2015 ditetapkan target produksi untuk tahun berjalan sebesar 250.000 ounce emas dan 2,2 juta ounce perak serta AISC diantara US$ 750 – 850 per ounce dijual.

 

“Penjualan emas sebesar 87.346 ounce dan perak 719.211 ounce. Pendapatan dari hasil penjualan emas dan perak sebesar USD 118 juta dengan harga jual emas rata-rata US$ 1.218 dan harga jual perak rata-rata US$ 16,5,” ujar Peter dalam keterangan persnya, Rabu (29/4).

 

Sementara itu dana eksplorasi diperkirakan sebesar US$ 16 juta, sementara modal kerja perusahaan tahun 2015 diperhitungkan sebesar US$ 57 juta – ini termasuk biaya akuisisi lahan, peninggian TSF dan sebagian instalasi fasilitas crushing sehingga pabrik dapat beraktvitas maksimal sekitar 5 juta ton bijih per tahun.

 

“Modal kerja di luar biaya eksplorasi regional yang telah digunakan selama kuartal 2015 sebesar US$ 10 juta termasuk biaya pembangunan fasilitas penampungan tailing.”

 

Pernyataan Sumber Daya dan Cadangan terbaru untuk tambang tmas Martabe per 31 Desember 2014 menunjukkan bahwa total sumber daya yang dimiliki sekarang 7,4 juta ounce emas dan 70 juta ounce perak. Jumlah cadangan 2,68 juta ounce emas dan 27,2 juta ounce perak. Produksi tambang yang baik selama 2014 telah menyerap sumber daya dan cadangan yang ada.

 

Selain itu, pembaruan model   geologi terus-menerus dan perubahan finansial terhadap beberapa model sumber daya ditambah penambahan dan/atau pengurangan akibat pengeboran lanjutan serta interpretasi geologi telah menghasilkan perubahan informasi Sumber Daya dan Cadangan.

 

Program pengeboran tambang emas Martabe biasanya dioperasikan berdasarkan siklus dua tahun dan dalam beberapa tahun belakangan program pengeboran tidak selesai tepat waktu untuk dapat dimasukkan dalam pembaruan pernyataan  Sumber Daya tahunan. Hal ini terjadi pada tahun 2014 dan karena itu kami mengantisipasi peningkatan sumber daya di tahun 2015.

 

“Kuartal sangat baik ini akan memiliki dampak positif berkelanjutan pada keseimbangan kinerja tahun ini. Kompetitifnya komponen biaya merupakan hasil mendasar dari sebuah proyek yang kuat. Perusahaan akan terus fokus untuk meningkatkan jumlah ounce yang bisa ditangkap dan menghemat biaya operasional dan modal sebaik-baiknya.”

Tambang Emas Martabe terletak di sisi barat pulau Sumatera, Kecamatan Batang Toru, Propinsi Sumatera Utara, dengan luas wilayah 1.639 km2, di bawah Kontrak Karya generasi keenam (“CoW”) yang ditandatangani April 1997. Tambang Emas Martabe kini telah memiliki sumberdaya 7,4 juta ounce emas dan 70 juta ounce perak dan mulai berproduksi penuh pada awal 2013, dengan kapasitas per tahun sebesar 250.000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak berbiaya rendah.

 

Pemegang saham Tambang Emas Martabe adalah G-Resources Group Ltd sebesar sembilanpuluh lima  persen, dan pemegang 5 persen saham lainnya adalah PT Artha Nugraha Agung, yang tujuh puluh persen sahamnya dimiliki Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dan 30 persen dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Utara.