TAMBANG, WINA. PRODUKSI minyak OPEC pada bulan Juli ini diperkirakan mencapai titik tertinggi. Survei oleh kantor berita Reuters, yang disiarkan Jumat lalu mengabarkan, Iraq menambah produksi minyaknya. Sementara itu, Nigeria berupaya keras menambah produksi minyak mentahnya, di tengah gempuran terhadap ladang minyak dan kilangnya, yang dilakukan oleh kelompok militan separatis.
Anggota OPEC yang jadi pengekspor utama, Arab Saudi, menjaga produksinya tetap tinggi. Permintaan di dalam negeri memang tengah tinggi. Di sisi lain, Arab Saudi juga ingin terus mempertahankan pangsa pasarnya, ketimbang mengurangi produksi demi mendongkrak harga.
Pasokan minyak dari OPEC telah bertambah menjadi 33,41 juta barel per hari, Juli ini, sedikit naik ketimbang 33,31 juta barel pada Juni lalu. Angka itu didapat Reuters dari agen perkapalan dan perusahaan perminyakan.
Penambahan produksi OPEC telah membuat harga minyak tertekan. Harga minyak yang pernah mencapai $53, harga tertinggi pada 2016, turun menjadi $42, Jumat pekan lalu. Tekanan juga terjadi akibat melemahnya permintaan.
Produksi minyak bisa bertambah lagi bila pembicaraan antarfaksi di Libya, mengenai pembukaan beberapa sumur produksi, berhasil. Konflik antarfaksi membuat produksi minyak di Libya berkurang.
‘’Begitu produksi Libya bertambah, pasar akan semakin kelebihan produksi,’’ kata Carsten Fritsch dari Commerzban, bank investasi dengan bisnis utama di Jerman dan Polandia.
Produksi OPEC terus bertambah sejak kembalinya Indonesia menjadi salah satu anggota OPEC pada 2015, dan Gabon pada bulan ini. Produksi OPEC pada Juli, yang besarnya mencapai 32,46 juta ton per hari, merupakan tertinggi sejak 1997.
Faktor lain yang menambah besarnya pasokan adalah perubahan kebijakan di OPEC. Biasanya, ketika harga melemah, OPEC memangkas produksinya. Namun, meski harga turun sejak 2014, kebijakan pemangkasan produksi itu tak diberlakukan.
Pada Juli, terjadi penambahan produksi sebesar 90.000 barel per hari. Sebagian besar penambahan berasal dari Irak. Nigeria, yang produksinya terganggu karena serangan tentara militan, menggenjot produksinya pada Juli ini, meski masih tetap sedikit di bawah 2 juta barel per hari.
Produksi dua produsen utama masih stabil. Iran, anggota OPEC yang produksinya bertambah paling cepat sejak berakhirnya sanksi dari Barat, hanya menambah 20.000 barel pada Juli ini. Saudi Arabia hanya berproduksi 10,50 juta barel per hari. Puncak produksinya, 10,56 juta barel, tercapai Juni lalu.
Sementara produksi Venezuela terus berkurang, karena kurangnya dana.