Beranda ENERGI Migas Produksi Non-OPEC Turun, Harga Minyak Naik

Produksi Non-OPEC Turun, Harga Minyak Naik

JAKARTA, TAMBANG. HARGA minyak mentah hari ini naik, setelah turun terus sejak gagalnya perundingan Doha. Kenaikan harga minyak itu terjadi setelah munculnya pernyataan dari Badan Energi Internasional (IEA), lembaga bentukan negara konsumen minyak, bahwa pada 2016 ini akan terjadi penurunan besar produksi minyak.

 

Kepala IEA, Fatih Birol mengatakan hari ini, harga minyak telah memangkas investasi minyak dan gas hingga 40%, dua tahun terakhir ini. Pengurangan terbesar terjadi di Amerika Serikat, Kanada, Amerika Latin, dan Rusia.

 

‘’Tahun ini kami perkirakan produksi non-OPEC berkurang 700.000 barel per hari, penurunan terbesar dalam 25 tahun. Pada saat yang sama, permintaan minyak diperkirakan meningkat, dipicu oleh India, Cina, dan pasar lain yang sedang tumbuh,’’ kata Fatih Birol di Tokyo.

 

Komentar itu kontan membalikkan harga yang sebelumnya turun. Pada Kamis pagi, harga minyak Brent turunmenjadi US$ 45,23 per barel. Pada siangnya, harga naik 30 sen menjadi US$ 46,10 per barel.

 

Harga minyak West Texas Intermediate untuk penyerahan kemudian sempat turun ke US$ 43,62, sebelum naik menjadi $44,43. Lumayan, naik 25 sen.

 

Kantor berita Reuters menulis, kegoncangan pasar minyak sebelumnya terjadi menyusul keluarnya pernyataan Menteri Energi Rusia, yang mengatakan akan menggenjot produksi minyaknya lebih dari 12 juta barel per hari, terbesar sepanjang sejarah Rusia.

 

Kalimat penuh ancaman itu dikeluarkan setelah gagalnya pertemuan Doha, yang diniatkan untuk menahan produksi minyak setinggi bulan Januari 2016. Sebelumnya, Saudi Arabia juga mengancam akan membanjiri pasar bila pembekuan tingkat produksi tak disepakati.

 

Di sisi lain, Iran bersikeras akan menambah produksinya hingga menjadi 4 juta barel, demi merebut pasar yang hilang akibat sanksi oleh Amerika Serikat dan konco-konconya.

 

Dengan situasi Timur Tengah dan Rusia yang berlomba-lomba menaikkan produksinya, Amerika menjadi pemegang kunci sampai kapan kelebihan produksi ini berlangsung. Saat ini terjadi kelebihan pasokan 1-2 juta barel per hari.

 

‘’Keseimbangan pasar akan sangat tergantung pada berapa banyak berkurangnya produksi minyak Amerika,’’ demikian pernyataan bank dari Perancis, BNP Paribas.

 

Bila harga minyak di bawah US$ 40, industri minyak shale akan kelabakan. Mereka lebih memilih untuk menutup produksinya, daripada merugi. Industri minyak shale akan kembali berjaya bila harga minyak di kisaran US$50-60 per barel.