Jakarta,TAMBANG,- Perusahaan investasi dengan portofolio bisnis terdiversifikasi, PT Indika Energy Tbk. (Perseroan) mencatatkan Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 93,8 juta dan Laba Inti sebesar US$ 119,2 juta sampai kuartal III tahun ini.
Dalam periode Sembilan bulan, Perseroan mencatatkan penurunan Pendapatan sebesar 26,6% menjadi US$ 2.298,7 juta. Hal ini terutama berasal dari Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat penurunan sebesar 23,0% menjadi US$ 1,706.2 juta yang disebabkan penurunan volume produksi dan harga jual rata-rata batubara.
Untuk diketahui sampai kuartal III tahun ini, Perusahaan tambang batu bara Kideco Jaya Agung menjual 22,6 juta ton batu bara. Capaian ini turun 14,3% dibandingkan dengan penjualan 26,3 juta ton batu bara pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini akibat dari turunya target produksi tahunan sebesar 31 juta ton pada tahun 2023 dibandingkan 34 juta ton pada tahun 2022.
Dari volume tersebut, Kideco menjual 6,7 juta ton batu bara atau 30% di antaranya untuk kebutuhan dalam negeri atau melebihi persyaratan domestic market obligation (DMO) sebesar 25% yang ditetapkan Pemerintah. Sementara itu, volume penjualan batu bara untuk pasar ekspor mencapai 15,8 juta ton. Negara yang menjadi tujuan ekspor batu bara Kideco adalah China, India, Taiwan, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Kideco juga mencatat harga jual rata-rata US$ 75,7 per ton batubara pada 9M 2023 atau turun 10,0% dibandingkan harga rata-rata US$ 84,2 per ton pada 9M 2022.
Kemudian Indika Indonesia Resources mencatat penurunan kinerja sebesar 44,1% menjadi US$ 351,1 juta dari US$ 628,4 juta di periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan Tripatra juga turun 15,6% menjadi US$ 185,1 juta pada kuartal III-2023 yang terutama disebabkan oleh turunnya kontribusi proyek BP Tangguh menjadi US$ 152,8 juta.
Sementara itu perusahaan logistik terintegrasi Interport Mandiri Utama (Interport) mencatatkan kenaikan Pendapatan sebesar 217,7% menjadi US$ 83,5 juta setelah Interport mengakuisisi 56% saham usaha logistic laut Cotrans. Di Perusahaan ini, Tripatra menguasai 45% saham. Sepanjang Sembilan bulan pendapatan Interport terdiri dari Cotrans sebesar US$ 54,3 juta, penyimpanan bahan bakar Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE) sebesar US$ 20,9 juta, Interport Business Park (IBP) sebesar US$ 6,5 juta, dan ILSS sebesar US$ 1,9 juta.
Volume penyimpanan bahan bakar KGTE di periode Sembilan bulan meningkat menjadi 21,2 kbd dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 17,4 kbd. Sebagai hasilnya, secara konsolidasi Indika Energy mencatat Laba Kotor sebesar US$ 439,8 juta, atau turun 59,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, Marjin Laba Kotor juga turun menjadi 19,1% sampai kuartal tiga dibandingkan dengan 34,7% periode yang sama tahun lalu.
Hal ini terutama disebabkan oleh tarif pajak royalty batu bara bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang meningkat signifikan dimana tarif efektifnya adalah sebesar 31,6% dari harga jual rata-rata dan berlaku sejak Januari 2023. Bandingkan tarif royalti bagi Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Generasi 1 sebesar 13,5% yang dicatatkan pada kuartal yang sama tahun lalu. Sebagai dampaknya, biaya royalti periode kuarta III 2023 mencapai US$ 520,0 juta dibandingkan US$ 391.8 juta pada peiode yang sama tahun lalu.
Beban Penjualan, Umum dan Administrasi tercatat meningkat 13,0% menjadi US$ 170,6 juta pada 9M 2023 yang disebabkan meningkatnya biaya DMO, biaya sewa, tanah dan perizinan di Multi Tambangjaya Utama (MUTU), serta biaya jasa profesional.
Sementara itu, Beban Keuangan Perseroan menurun 22,0% menjadi US$ 62,6 juta pada 9M 2023 yang terutama disebabkan penghematan bunga sebesar US$ 13,3 juta terkait turunnya pokok obligasi akibat pelunasan obligasi lebih awal, serta pembalikan kapitalisasi beban bunga untuk proyek Awakmas sebesar US$ 3 juta. Penurunan beban keuangan ini diimbangi dengan kenaikan beban bunga pinjaman bank sebesar US$ 2,6 juta.
Sebagai hasilnya, Perseroan membukukan Laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 93,8 juta.
Sampai kuartal III, realisasi belanja modal (capital expenditure) sebesar US$ 104,9 juta, dimana 77% di antaranya atau sebesar US$ 81,2 juta dialokasikan untuk bisnis non batu bara, termasuk Indika Minerals terutama pada proyek Awakmas yaitu sebesar US$ 54,4 juta. Kemudian ke Ilectra Motor Group (IMG) sebesar US$ 6,6 juta, dan Indika Nature sebesar US$ 9,5 juta. Perseroan juga menggunakan belanja modal sebesar US$ 22,8 juta untuk pengembangan bisnis batu bara, termasuk untuk Indika Indonesia Resources (IIR) sebesar US$ 13,2 juta dan Kideco sebesar US$ 9,6 juta.
Azis Armand, Vice President Director dan Group CEO Indika Energy, menyampaikan komitmen Indika Energy untuk melanjutkan transisi bisnis perusahaan menuju ekonomi rendah karbon. “Indika Energy fokus untuk berinvestasi dan mendiversifikasi portofolio bisnisnya ke sektor non batubara. Pada periode 9M 2023, Indika Energy mencatatkan 77% belanja modal yang dialokasikan untuk pengembangan bisnis mineral, kendaraan listrik, dan nature-based solutions. Keberlanjutan akan terus menjadi landasan utama dalam seluruh kegiatan usaha dan operasional kami sepanjang tahun 2023 dan ke depannya,” tutur Azis.
Pada tanggal 22 September 2023, Perseroan melalui Indika Indonesia Resources (IIR) dan Indika Capital Investments (ICI), keduanya sebagai penjual, telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Bersyarat (CSPA) dengan Petrindo Jaya Kreasi sebagai pembeli sehubungan dengan rencana penjualan 100% kepemilikan saham di Multi Tambangjaya Utama (MUTU) kepada Petrindo Jaya Kreasi.
Transaksi ini diharapkan selesai dengan pemenuhan beberapa persyaratan pendahuluan sebagaimana ditetapkan di dalam CSPA, termasuk persetujuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Pada 21 September 2023, Perseroan melalui Indika Energy Capital III Pte. Ltd. telah membeli kembali sebagian dari Obligasi tahun 2024 (kupon 5,875%) yang jatuh tempo pada tahun 2024 dengan jumlah pokok keseluruhan sekitar US$ 29,3 juta di pasar terbuka. Obligasi yang dibeli kembali mewakili sekitar 5,09% dari jumlah pokok awal Obligasi tahun 2024.