JAKARTA, TAMBANG. PEMERINTAH Peru mengumumkan negara dalam keadaan darurat selama dua bulan, untuk mengatasi maraknya penambangan liar emas yang menggunakan air raksa. Sebagai upaya mengatasi keracunan air raksa, Pemerintah Peru menyediakan makanan bebas merkuri, serta mendirikan pusat pemantauan dan pengobatan.
Media Popular Science dalam terbitannya hari ini menyatakan, Peru mencapai tingkat keadaan darurat karena sebagian besar wilayah pedalaman dan permukiman yang dihuni penduduk asli, airnya tercemar oleh air raksa. Padahal, air itulah yang digunakan untuk mengairi sawah pertanian.
Sebuah laporan yang disiarkan sebelumnya menyebut, ada satu komunitas yang setelah diteliti ternyata 80% warganya tercemar air raksa yang masuk tubuh lewat makanan, minuman, juga ikan-ikan yang ditangkap di sungai.
Merkuri digunakan di operasional perusahaan tambang emas skala kecil, untuk memisahkan emas dari batuan. Sisa pemakaian air raksa inilah yang menjadi limbah, dialirkan secara serampangan ke sungai, sawah, dan permukiman. Padahal, merkuri merupakan racun yang bisa mempengaruhi syaraf, bisa mengganggu baik fisik maupun mental.
Kantor berita Reuters melaporkan, operasi tambang emas di wilayah Madres de Dios setiap tahun menghabiskan 40 ton merkuri yang limbahnya mengalir ke sungai, dan dituding menghancurkan seperempat hutan yang masih perawan. Citra satelit dan foto udara menunjukkan bahwa pertambangan di Madres de Dios luasannya semakin bertambah.
Tambang emas itu terus meluas, menembus perbatasan Peru. Bertahun-tahun para aktivis lingkungan mengingatkan bahaya keracunan air raksa bagi warga Peru, terutama penduduk asli. Namun daya tarik ekonomi emas membuat peringatan itu tak dihiraukan.