Beranda Batubara Pertumbuhan Cina Melemah, Harga Batu Bara Dikoreksi

Pertumbuhan Cina Melemah, Harga Batu Bara Dikoreksi

JAKARTA, TAMBANG. LEMBAGA riset pasar terkemuka, BMI Research mengoreksi perkiraannya terhadap harga batu bara. Harga batu bara pada 2016 diperkirakan berada di kisaran rata-rata US$ 51 per ton, dan US$ 52 per ton pada 2017. Sebelumnya BMI memperkirakan harganya di US$ 59 dan US$ 60.

 

‘’Kami menurunkan perkiraan harga setelah melihat ramalan konsumsi batu bara di Cina,’’ tulis BMI Reasearch. ‘’Kami melihat, konsumsi batu bara untuk keperluan pembangkit listrik pada 2016 dan 2017 akan turun. Setelah itu hanya naik sedikit demi sedikit,’’ lanjutnya.

 

Perkiraan harga itu hanya sedikit di perhitungan Bloomberg Consensus, tetapi di atas perkiraan Intercontinental Exchange, lembaga di Amerika yang berfungsi sebagai sarana jual beli dan kliring untuk pasar keuangan dan komoditi. Kontrak untuk pengadaan pada Januari 2017 pada 10 Maret lalu disepakati pada harga US$ 46,7.

 

Lemahnya permintaan di Cina tidak bisa digantikan oleh konsumsi India. Meski konsumsi naik, tetapi India juga menaikkan produksi domestiknya. ‘’Rumus umum tetap berlaku, harga rendah akan terjadi tatkala produksi naik sementara konsumsi berkurang,’’ tulis riset BMI.

 

Pada 2015, terjadi pasar mengalami kontraksi 3,9%. Pada 2016, produksi menyusut 1,4%. Tetapi produksi akan naik. Dari 2017-2019, produksi naik rata-rata 0,9%. Pada 2012-2014, produksi naik rata-rata 3,2%.

 

Media World Coal melaporkan, produksi di Cina, Australia, Indonesia, dan Amerika Serikat menguasai 68,4% produksi dunia. Empat negara itu mengalami pukulan paling besar akibat berkurangnya produksi.

 

Risiko berikutnya yang menghadang harga batu bara adalah lambatnya pembangunan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di Asia. Hal ini terjadi karena hambatan pembebasan lahan, makin sulitnya mencari sumber dana, serta tekanan dari penggiat lingkungan.

 

Foto : www.motherjones.com