Beranda ENERGI Migas Produsen Minyak Gagal Sepakati Tingkat Produksi

Produsen Minyak Gagal Sepakati Tingkat Produksi

Menteri Perminyakan Qatar, Mohammad Saleh al-Saadi, didamping Menteri Perminyakan dari Saudi Arabia (kira), Rusia (ujung kiri), dan Venezuela (dua dari kanan), seusai pertemuan Doha.

 

DOHA, TAMBANG. NEGARA-NEGARA kaya minyak tidak berhasil menyepakati pembekuan tingkat produksi dalam pertemuan di Doha, ibukota Qatar, Ahad kemarin. Pertemuan itu dihadiri 18 utusan negara producen minyak, di ataranya Saudi Arabia, Qatar, Rusia, dan Venezuela. Seusai pertemuan, mereka mengatakan, masih dibutuhkan waktu untuk mencapai kesepakatan, karena Iran tak ikut pertemuan. Iran bahkan bertekad untuk terus menambah produksi.

 

 

Kegagalan pertemuan di Doha itu menimbulkan kekhawatiran baru, harga minyak turun lagi ketika pasar dibuka pada Senin ini.

 

 

Berbicara kepada wartawan seusai pertemuan, Menteri Energi dan Industri Qatar, Mohammad bin Saleh al-Sada mengatakan, 18 negara yang ikut berkumpul sepakat bahwa fundamental pasar secara umum membaik. Saleh tak menjawab jelas ketika ditanya apakah pertemuan khusus akan digelar lagi sebelum sidang OPEC pada Juni mendatang, serta apakah ada jalan keluar terhadap posisi Iran. Saleh, yang juga presiden OPEC itu hanya mengatakan, ‘’Kami tentu saja menghormati posisinya. Kami juga tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Iran memiliki kedaulatan sendiri untuk memutuskan.’’

 

 

‘’Pembekuan tingkat produksi tentu saja lebih efektif kalau produsen utama, baik yang di dalam OPEC seperti Iran, maupun mereka yang di luar OPEC, turut serta,’’ lanjutnya. Pada Februari lalu, di Doha pula, menteri perminyakan dari Qatar, Rusia, Saudi Arabia, dan Venezuela, bertemu. Mereka sepakat untuk menahan tingkat produksi pada bulan Januari 2016 bila produsen utama lain melakukan hal serupa.

 

 

Pembekuan tingkat produksi diharapkan bisa mengembalikan kejayaan harga minyak. Pada awal 2014 harga mencapai di atas US$ 100 per barel. Setelah itu harga terus turun. Bahkan minyak Brent pernah mencapai US$ 27 per barel. Ini merupakan harga terendah selama 12 tahun terakhir. Pekan lalu, harga merangkak naik mencapai US$ 40, sebagian karena didongkrak isu pertemuan Doha, yang diperkirakan akan menyepakati tingkat produksi.