Jakarta-TAMBANG. PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) menargetkan produksi minyak dan gas pada 2018 sebesar 253,202 MBOEPD. Dibanding realisasi tahun 2017, target tahun ini naik tipis dari realisasi produksi minyak dan gas 2017 sebesar 253 MMBOEPD.
Sementara target pendapatan pada 2018 sebesar USD2,78 miliar, lebih besar dari realisasi pada 2017 senilai USD2,76 miliar.
“Kenaikan produksi pada 2018 diharapkan didapat dari beberapa kegiatan pemboran sumur pengembangan dan work over yang sudah dilakukan. Tahun ini akan dilakukan program pemboran 83 sumur pengembangan dan 146 sumur work over,” ujar Nanang Abdul Manaf, Presiden Direktur PT Pertamina EP di Jakarta, Rabu (31/1).
Beberapa lapangan yang diharapkan memberikan kontribusi besar adalah, lapangan Bunyu di Kalimantan Timur. Serta beberapa lapangan lain di asset 2 yang selama 2017 memberikan kontribusi besar. Sementara untuk produksi gas diharapkan dari beberapa proyek yang sudah siap produksi atau on stream.
“Kalau dirinci, produksi gas di 2018 lebih kecil dibandingkan realisasi produksi di 2017 karena ada planned shut down di Lapangan Subang, Jawa Barat dan Matindok di Banggai, Sulawesi Tengah karena kilang PT Donggi Senoro LNG ada turn arround. Namun dari akumulasi produksi migas (minyak dan gas) lebih besar dibandingkan realisasi pada 2017,” terang Nanang.
Selain beberapa lapangan yang diharapkan memberi kontribusi dalam peningkatan produksi Pertamina EP di 2018, kenaikan produksi didapatkan dari komitmen pelaksanaan penyusunan rencana kerja berdasarkan skala prioritas bersama SKK Migas dan PT Pertamina (persero) serta sinergi yang dilakukan dengan anak perusahaan lain.
Dengan kenaikan target produksi, lanjut Nanang, pendapatan juga akan ikut tergerek. Selain itu, kenaikan pendapatan diproyeksikan dari harga minyak yang masih akan terus membaik atau setidaknya masih sama seperti akhir 2017.
“Yang terpenting juga untuk bisa meningkatkan pendapatan adalah pelaksanaan program sesuai target waktu, anggaran dan kualitas berdasarkan skala prioritas dan efisiensi,” katanya.
Pada bagian lain, Nanang menjelaskan soal peningkatan cadangan migas. Tahun ini Pertamina EP merencanakan pemboran proving up sebanyak 23 sumur dari asset 1 sampai asset 5. Kegiatan lain yang dilakukan yakni pembuatan rencana pengembangan atau plan of development (POD) dari struktur temuan baru eksplorasi, seperti sumur Karang Makmur dan Benggala. Selain itu, aktivitas pembuatan POFD di sumur Betung, Semberah, North Mahakam Phase 2, Kenali Asam dan Belimbing. Ada juga kegiatan reassessment pemutakhiran data di struktur Musi Barat.
“Total semua upaya yang dilakukan tersebut sebesar 55,59 MMBOE. Dan per 1 Januari 2018, total cadangan migas yang dimiliki Pertamina EP sebesar 1.940,15 MMBOE,” ujarnya.
Nanang menyebutkan, sepanjang 2017 perseroan mencatatkan laba bersih sebesar USD615 juta, naik 4,4 persen dibandingkan laba bersih 2016 yang tercatat USD589 juta. Kenaikan laba bersih tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan usaha dari USD2,49 miliar, pada 2016 menjadi USD2,76 miliar pada 2017.
Pendorong peningkatan laba bersih juga berasal dari stok minyak yang dikeluarkan (dijual) tahun lalu sehingga lifting mencapai 77.900 barel per hari, lebih tinggi dari produksi rata-rata sepanjang 2017 sebesar 77.200 bph. Kenaikan laba juga ditopang ole harga minyak mentah global yang membaik pada akhir tahun lalu. Apalagi, mulai akhir 2017 harga minyak global mencapai US$ 70 per barel untuk minyak Brent. “Ini membantu kenaikan laba bersih Pertamina EP,” ujar Nanang.
Sepanjang 2017, Pertamina mencatakan produksi migas sebesar 252 MMBOEPD atau 96 persen dari target dalam rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP). Realisasi produksi migas tersebut terdiri atas 77.200 bph produksi minyak atau 91 persen dari target dan 1.018 MMSCFD gas yang mencapai 98 persen dari RKAP.
Pertamina EP Asset 2, unit bisnis Pertamina EP, memberi kontribusi migas terbesar. Sepanjang 2017, Pertamina EP Asset 2 yang terdiri atas empat lapangan, yaitu Prabumulih, Limau, Adera, dan Pendopo, memberikan kontribusi minyak bagi Pertamina EP sebesar 22,5 persen atau 17.394 bph. Sedangkan produksi gas memberi kontribusi 42,6 persen atau sebesar 433,90 MMSCFD.
Pada 2017, Pertamina EP mengeluarkan belanja modal sebesar USD644 juta dengan biaya operasi sebesar USD1,17 miliar. Tahun ini, perseroan memproyeksikan belanja modal USD755 juta dan biaya operasi sekitar USD1,27 miliar.