Jakarta, TAMBANG – Pengangkatan Perry Warjiyo sebagi Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2018-2023 menggantikan Agus Martowardojo, mampu menimbulkan sentiment positif Rupiah. Saat ini diestimasikan akan bergerak dengan kisaran support Rp14.141 dan resisten Rp14.119 per USD.
Binaartha Institutional Research, pada Jumat (25/4), memaparkan, harapan akan adanya perbaikan pergerakan Rupiah di bawah komando Perry W, membuat laju Rupiah kembali terapresiasi. Ditambah berkurangnya kenaikan USD.
Di sisi lain, adanya penilaian terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRRR) yang belum tentu akan langsung mendorong margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) perbankan, tampaknya tidak terlalu dihiraukan. Adapun berkurangnya kenaikan USD seiring imbas dari berbagai sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang direspon negatif.
Adanya pelemahan Rupiah, tentunya memberikan peluang bagi Rupiah untuk bergerak positif melanjutkan penguatan sebelumnya. Di sisi lain, sentimen dari dalam negeri yang diharapkan dapat bertahan positif dapat membantu membuka peluang kenaikan lanjutan. Pergerakan positif tampaknya dimungkinkan dapat kembali terjadi.
Trump Batal Bertemu Presiden Korut, Pasar Melemah
Proses negosiasi kesepakatan perdagangan antara AS dan China, masih menjadi perhatian pelaku pasar, terutama setelah Presiden Trump menyatakan ketidakpuasnya terhadap kesepakatan tersebut. Adapun sentimen tersebut membuat sejumlah bursa saham Asia melemah kecuali beberapa indeks saham China yang masih menguat.
Di sisi lain, adanya sentimen dari The Fed yang disampaikan dalam rilis minute nya, dimana akan membiarkan laju inflasi akan berada di atas target 2 persen, membuat laju USD melemah. Imbasnya ke pergerakan JPY yang menguat dan berimbas negatif pada pergerakan indeks saham Jepang.
Untuk zona Eropa, pelemahan kembali terjadi pada bursa saham Eropa yang merespon negatif sikap Presiden Trump atas pembatalan kunjungannya untuk bertemu Pimpinan Korea Utara.
Indeks pan-European Stoxx600 berbalik melemah dengan penurunan 0,5 persen dengan pelemahan pada mayoritas sektor terkecuali sektor makanan dan minuman yang masih bergerak positif. Pelemahan bursa saham Eropa tidak hanya disebabkan oleh batalnya pertemuan tersebut namun, juga terimbas sikap Presiden Trump yang keberatan dengan kesepakatan perdagangan antara AS dan China serta ketidakpastian kondisi politik di Italia.
Sementara di pasar AS, sentimen batalnya rencana pertemuan Presiden Trump dengan pimpinan Korea Utara, tampaknya menghalangi penguatan lanjutan dari bursa saham AS dimana berbalik melemah. Di sisi lain, penurunan sejumlah indeks saham AS juga dipengaruhi reaksi pasar atas ancaman Trump yang ingin memberlakukan tarif impor otomotif.
Sebelumnya, Trump menginstruksikan untuk dilakukannya penyelidikan apakah impor kendaraan dan suku cadang mobil telah merusak industri otomotif AS. Kondisi ini, dinilai pasar bisa semakin mempersulit negosiasi perdagangan dengan China dan mitra dagangnya.
Adapun komentar dari The Fed yang membiarkan inflasi bergerak di atas target untuk sementara waktu tampaknya terimbangi dengan sikap-sikap Presiden Trump tersebut.