Jakarta, TAMBANG. Industri baja diprediksikan akan menggeliat di tahun 2018. Permintaan baja dalam negeri diperkirakan menembus 14,5 juta ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Industry Association/IISIA) Hidayat Triseputro mengatakan, tahun depan permintaan baja di dalam negeri lebih tinggi 7 persen dibandingkan eskpektasi permintaan tahun 2017, sebanyak 13,5 juta ton.
“Proyeksi positif tersebut mendorong pabrikan baja multinasional, mulai menanamkan modalnya di Indonesia pada tahun depan.Dengan begitu, investor enggak takut, ada beberapa yang ingin masuk ke Indonesia mulai tahun depan,” kata Hidayat Triseptro.
Terkait itu, pemerintah menurutnya, sudah mewanti-wanti terakit standar penggunaan tekonologi pengolahan baja para investor. Sebab santer saat ini, beberapa parikan China berencana merelokasi fasilitas bajanya ke Indonesia. Sehingga standar tersebut diperlukan, untuk mecegah relokasi pabrikan skala kecil.
“Pemerintah sudah kita wanti-wanti agar investasi baru mesti hi tech. Kalau sekadar pakai teknologi induction furnace, itu bisa dikatakan buangan dari negara mereka, karena di sana saja sudah ditinggalkan,” tuturnya.
Sementara itu, proyeksi positif industri baja di tahun 2018, tentu berdampak positif pada industri kawat, kabel dan pipa. Hal ini disebabkan akan memberikan pengaruh peningkatkan kebutuhan serat optik nasional.
Global Portfolio Director Messe Dusseldorf, Friedrich-Georg Kehrer mengatakan, selain baja, pasar global untuk pipa dan tabung diproyeksikan mencapai 113.800.000 ton pada tahun 2018. Selain itu, pasar global untuk pipa las spiral dan tabung diproyeksikan mencapai 24,6 juta ton pada tahun 2018.
“Hal ini didorong oleh pemulihan ekonomi, peningkatan aktivitas di sektor energi dan meningkatnya proyek konstruksi pipa,” kata Friedrich.