Jakarta, TAMBANG – PT Vale Indonesia Tbk (Vale) menandatangani Perjanjian Kerja Sama Definitif bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd (Huayou). Kegitan dilakukan berbarengan dengan acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) B20 dan G20 di Nusa Dua Bali, Minggu (13/11).
Dijelaskan, komitmen ini berkaitan dengan percepatan proyek smelter High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk memproses bijih nikel PT Vale dari Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara.
“Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) Blok Pomalaa adalah landasan agenda pengembangan berkelanjutan PT Vale yang akan memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial di tingkat lokal dan nasional menuju masa depan,” kata CEO Vale, Febriany Eddy, dilansir dari keterangan resmi, Senin (14/11).
Febriany menyampaikan, perjanjian tersebut merupakan bagian dari komitmen PT VaIe untuk membangun portofolio proyek kelas dunia dan memperkuat penambangan berkelanjutan generasi berikutnya di Indonesia.
“Proyek ini merupakan bukti komitmen PT Vale terhadap praktik penambangan berkelanjutan yang selaras dengan prioritas B20 untuk memastikan transisi energi yang adil dan teratur,” tambahnya.
Proyek HPAL Blok Pomalaa diperkirakan akan menghasilkan hingga 120 ton nikel per tahun dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP). Komoditas ini menjadi bagian penting untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik.
“Kerja sama kami merupakan kombinasi sempurna antara keunggulan sumber daya mineral PT Vale dan keunggulan teknologi HPAL Huayou yang canggih untuk mencapai pengembangan sumber daya mineral yang berkelanjutan,” kata Ketua Huayou, Chen Xuehua.
“Kami juga akan bekerja sama dengan PT Vale untuk memastikan pengadopsian dan penerapan praktik-praktik unggulan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG),” tambahnya.
Perjanjian ini terkait dengan nota kesepahaman (MoU) yang tidak mengikat dengan Huayou dan Ford Motor Company pada bulan Juli yang lalu.
Sementara, kolaborasi antara Vale dan Hoayou dibangun pada akhir April lalu ini. Dalam aksi korporasi ini baik PT Vale maupun Huayou sepakat untuk berkerja sama dengan skema rendah karbon. Keduanya berkomitmen untuk sama sekali tidak menggunakan batu bara sebagai bahan baku pembangkit listrik.
Dengan kata lain, PT Vale dan Huayou akan mencari alternatif sumber energi yang lebih ramah lingkungan untuk meminimalisasi jejak karbon dari operasi pertambangan di wilayah ini.