Jakarta, TAMBANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, Indonesia memiliki tambang nikel seluas 520.877,07 hektare (ha). Tambang tersebut tersebar di tujuh provinsi, antara lain Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data U.S. Geological Survey memperlihatkan bahwa cadangan nikel Indonesia menempati peringkat pertama yakni mencapai 21 juta ton atau setara dengan 22% cadangan global. Dengan potensi sebesar ini, baik pemerintah maupun pengusaha tambang perlu meningkatkan segala aspek dalam proses penambangan.
Dalam pertambangan nikel, proses pengangkutan komoditas hasil tambang ke titik penjualan menjadi aspek yang penting karena banyaknya celah terjadi kecurangan dalam prosesnya. Mulai dari penghitungan yang lama, penghitungan dengan akurasi rendah hingga manipulasi pencatatan data berpotensi menghambat proses pengiriman ini. Dalam menanggulangi hal tersebut, cara penghitungan dan pengawasan perlu dilakukan secara tepat.
Perusahaan teknologi Indonesia, Widya Robotics, memberikan jawaban melalui solusi penghitungan volume muatan truk yang bernama Widya Load Scanner. Menggunakan teknologi LiDAR (Light Detection and Ranging), alat ini mampu menghitung volume muatan hasil tambang yang dibawa kendaraan secara cepat dan akurat.
Tri Yunianta, selaku Chief Technology Officer dari Widya Robotics, mengungkapkan “Widya Load Scanner merupakan alat penghitung volume dengan LiDAR pertama di Indonesia. Telah sertifikasi akurasi hingga 99,23%, teknologi kami ini terbukti membuat proses penghitungan volume muatan hingga pencatatan menjadi lebih mudah dan efisien.”
Widya Load Scanner memiliki teknologi yang dapat memproses pengukuran yang lebih cepat dari proses manual yang biasa digunakan. Dengan teknologi yang mumpuni, alat ini dapat mengatasi kerugian penghitungan volume yang selama ini terjadi. Dalam hal kecepatan, scanner volume ini mampu menghitung volume muatan truk hanya dalam waktu 47 sampai 50 detik saja untuk satu kali pengukuran.
Tri menambahkan kalau alat ini mungkin dioperasikan oleh siapa saja, jadi perusahaan tidak perlu merekrut tenaga ahli dalam hal ini. Cara pengoprasiannya sendiri adalah truk berisi muatan berhenti sejenak di bawah alat ini. Kemudian, LiDAR sebagai sensor utama akan melakukan scanning pada permukaan bidang dari muatan atau objek muatan truk yang diukur. Proses penghitungan dilakukan dua kali yaitu saat truk berisikan muatan dan saat kosong. Selanjutnya, hasil dari penghitungan volume pada muatan truk tersebut dapat langsung dilihat pada dashboard yang telah disediakan.
Hasil tersebut juga tercatat dalam sistem, jadi memudahkan pengguna untuk memantau data yang masuk dalam jangka waktu panjang maupun pendek. Selain itu, data yang dihasilkan juga dapat diunduh kapan saja ke dalam bentuk dokumen seperti excel dan csv, sehingga memudahkan pengguna dalam mengolah data. Dengan data tersebut tentunya kesalahan maupun kecurangan dalam pengukuran volume bisa teratasi. Ketepatan dalam pengukuran nantinya akan berimbas pada proses distribusi maupun produksi di perusahaan pertambangan.
Widya Load Scanner sudah digunakan di beberapa teknologi ini sudah terpasang di beberapa lokasi tambang di Sulawesi dan Kalimantan. Mulai dari nikel, bauksit hingga batubara, alat ini telah terbukti mampu menjadi solusi penghitungan muatan secara tepat dan cepat. Selain di pertambangan, alat ini juga digunakan oleh beberapa perusahaan konstruksi BUMN maupun swasta.