Beranda Mining Services Perang Harga Di Pasar Amonium Nitrat Indonesia

Perang Harga Di Pasar Amonium Nitrat Indonesia

????????????????????????????????????

Jakarta-TAMBANG. Saat ini sektor pertambangan sedang lesu yang kemudian berimbas pada permintaan ammonium nitrat. Data Asosiasi Produsen dan Distributor Bahan Peledak (Aspro dispa) memperkirakan konsumsi amonium nitrat di tahun 2016 menyusut 8,77% dibanding tahun 2015. Tahun lalu konsumsi amonium nitrat mencapai 383.648 ton di 2015 dan diperkirakan tahun ini hanya akan mencapai 350.000 ton. Angka konsumsi tertinggi sempat terjadi di 2012 ketika sempat menyentuh angka 535.691 ton.

Namun penurunan tersebut tidak semata karena permintaan bahan peledak yang turun dari sektor pertambangan tetapi juga karena telah terjadi perang harga diantara produsen amonium nitrat. Ketua Asosiasi Produsen dan Distributor Bahan Peledak (Asprodispa) Charles Gobel dalam salah satu kesempatan menjelaskan hal ini.

Tidak hanya itu, pasar Indonesia juga telah menjadi pasar yang potensial bagi produk asal negara seperti China, Rusia, Amerika Serikat, Australia, dan Korea Selatan. produk inmpor ini bahkan menjual jauh lebih murah dari produk dalam negeri. Sebut saja Cina yang dikenal sebagai produsen terbesar dengan kapasitas produksi nasionalnya mencapai 1,5 juta ton per tahun menjual dengan harga yang lebih murah bahkan sampai 15%—20% dari harga produk dalam negeri. Bahkan produk yang berasal dari Rusia harganya lebih murah lagi hingga 25% lebih murah.

Jika demikian sulit rasanya produsen dalam negeri untuk bersaing. “Yang kami rasakan sekarang, perang harga hingga saling merugikan. Baik produsen, badan usaha bahan peledak, importer, semuanya jadi rugi,”jelas Charles kala itu.

Situasi ini semakin sulit karena Kementerian Pertahanan menerapkan kuota volume penjualan dan impor bagi badan usaha bahan peledak berdasarkan realisasi penjualan periode sebelumnya. Pemerintah juga disinyalir memangkas kuota impor namun diperlakukan tidak merata. Sehingga ada perusahaan yang terkesan memonopoli impor ammonium nitrat yang harganya lebih murah.

Oleh karenanya pihak Asosiasi meminta Pemerintah untuk memperhatikan produsen ammonium nitrat dalam negeri. Salah satunya membatasi impor dengan penerapan yang merata.

Saat ini sudah ada tiga pabrik amonium nitrat yang beroperasi di Indonesia dengan keselutuhan produksi mencapai 500.000 ton per tahun. PT Kaltim Nitrate Indonesia merupakan produsen terbesar dengan kapasitas 300.000 ton per tahun. Setelahnya ada PT Multi Nitrotama Kimia yang menghasilkan 150.000 ton per tahun serta PT Black Bear Resources Indonesia dengan kapasitas produksi 70.000 ton per tahun.

Untuk diketahui amonium nitrat tidak lain bahan baku bahan peledak yang diproduksi dari proses kimia pencampuran amonia dan asam nitrat. Perusahaan tambang baik mineral maupun batu bara menggunakan amonium nitrat dalam kegiatan penambangan.