Masyarakat perlu diberi penyadaran dan pengetahuan tentang industri migas. Dalam rangka itulah Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) melaksanakan kuliah umum di Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Jakarta-TAMBANG – Pertamina EP gelar kuliah umum di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis (26/11 2015).
Dalam kegiatan ini Nanang Abdul Manaf selaku Exploration & New Discovery Project Director Pertamina EP menyampaikan pemaparan terkait kegiatan eksplorasi Pertamina EPp dan kontribusi perusahaan terhadap produksi migas indonesia.
Dalam acara bertajuk “Prospektif Migas di Aceh dari Prespektif Ilmu Kebumian” tersebut, Nanang menjelaskan bahwa sekitar 60% crude oil indonesia merupakan hasil dari impor, karena produksi minyak mentah indonesia berkisar 800.000an barel per hari, dan total cadangan migas kita berkisar di angka 3,9 Billion Barel.
“Jadi apabila tingkat produksi indonesia seperti saat ini terus, maka sekitar 11 tahun lagi migas indonesia akan habis. Hal tersebut sangat bisa terjadi apabila sudah tidak ada lagi kegiatan eksplorasi.
Makanya eksplorasi menjadi bagian yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan terhadap energi”, ujarnya.
Dunia migas indonesia, lanjutnya, tidak bisa lepas dari bumi aceh karena sumur pertama di Indonesia yang berhasil mengeluarkan minyak adalah sumur Telaga Said. Meskipun lokasinya di Sumatera Utara, namun struktur di bawahnya mencapai wilayah aceh.
“Selain sumur Telaga Said tersebut, kami juga punya lapangan produksi migas yaitu field rantau yang ditemukan tahun 1941 yang terletak di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Hal ini menunjukkan bahwa potensi Aceh terhadap keberadaan energi cukup memungkinkan”, jelas Nanang.
Dalam kesempatan tersebut, Nanang juga menjelaskan tentang siklus hidup kegiatan industri hulu migas. Mulai dari seismik hingga abandonment sumur.
“Setelah suatu lapangan memasuki fase decline yang tinggi dan terjadi terus menerus, maka harus dicari struktur baru untuk kembali menghasilkan produksi migas. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka struktur tersebut mengalami abandonment. Sama seperti Field Rantau yang sudah berusia lebih dari 70 Tahun, apabila tidak dilakukan upaya eksplorasi maka tidak menutup kemungkinan lapangan tersebut akan ditutup”, kata Nanang.
Sementara itu, dalam pertemuan tersebut juga ditandatangani MOU antara Pertamina EP dan Universitas Syiah Kuala Fakultas Teknik Geologi, dimana dalam kesepakatan tersebut berisi kesempatan bagi para mahasiswa Universitas Syiah Kuala untuk dapat melakukan kerja praktek di wilayah kerja Pertamina EP.
“Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pak Nanang dan Pertamina EP karena telah memberikan kesempatan bagi mahasiswa universitas syiah kuala untuk dapat menjalankan kerja praktek di Pertamina EP, Sehingga mahasiswa kami dapat mengenal kegiatan industri migas secara langsung dan dapat menambah ilmu pengetahuan terkait industri migas”, ujar DR. Ir. Mirza Irwansyah, MBA, MLA. Dekan Fakultas Teknik Geologi Universitas Syiah Kuala.