Beranda Batubara Pengusaha Ramal Harga Batu Bara Bakal Stabil, Tapi Ada Syaratnya

Pengusaha Ramal Harga Batu Bara Bakal Stabil, Tapi Ada Syaratnya

HBA Agustus
Pengangkutan batu bara dari North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT) milik PT Arutmin Indonesia (Arutmin). Dok: Rian.

Bali, TAMBANG – Ketua Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), FH. Kristiono menyoroti soal dinamika industri batu bara Indonesia selama tahun 2023. Khususnya terkait fluktuasi harga yang sempat mengalami peningkatan akibat permintaan global seiring dengan pemulihan ekonomi dunia, namun kemudian terkoreksi lantaran penurunan konsumsi dari beberapa negara pengimpor utama.

Berdasarkan data, harga batubara acuan (HBA) rata-rata pada tahun 2023 mencapai USD 201,15 per ton, atau mengalami penurunan sebesar 27,3% dibandingkan dengan HBA rata-rata tahun sebelumnya. 

“Fluktuasi ini mencerminkan dinamika permintaan dan pasokan di pasar global, khususnya dari negara-negara besar seperti China dan India,” kata Kristiono dalam acara resepsi pembukaan Coaltrans Asia 2024, Minggu (8/9).

Memasuki tahun 2024, sambungnya, harga batu bara mengalami penurunan meskipun dinilai tidak signifikan. Salah satu penyebab utama adalah agenda transisi energi di beberapa negara tujuan ekspor yang berdampak pada permintaan batubara Indonesia. 

“Akan tetapi, batu bara masih memiliki prospek yang baik, terutama jika diiringi dengan penerapan teknologi bersih atau clean coal technology,” tandasnya.

Lebih lanjut, permintaan batu bara di pasar domestik dinilai tetap akan stabil berkat meningkatnya kebutuhan energi dan pembangunan infrastruktur di berbagai wilayah. 

“Permintaan dalam negeri menunjukkan pertumbuhan yang stabil didorong oleh kebutuhan energi yang terus meningkat,” tutur Kristiono.

Menurutnya, kebijakan pemerintah juga memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas industri. Pemerintah Indonesia terus melakukan penyesuaian kebijakan untuk mendorong investasi di sektor ini, termasuk memberikan insentif fiskal dan penyederhanaan proses perizinan. Di sisi lain, upaya memperketat regulasi lingkungan juga dilakukan untuk memastikan operasi yang lebih berkelanjutan.

“Kami sangat menantikan arah kebijakan pemerintah yang baru pasca pengumuman kabinet pada 20 Oktober 2024 mendatang,” ujarnya.

Soal ajang Coaltrans Asia 2024, kata Kristiono, selama lebih dari dua dekade telah menjadi ajang penting bagi para pelaku industri untuk menjalin jaringan bisnis dan bertukar pikiran terkait tantangan dan peluang di tengah dinamika industri.

Ia berharap bahwa ajang ini dapat menghasilkan wawasan berharga yang bisa membantu industri batu bara Indonesia untuk berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional.

“Coaltrans Asia telah menjadi forum tahunan yang signifikan bagi pemain industri batubara, termasuk pembeli, pedagang, dan pihak pendukung lainnya,” tutupnya.