Beranda ENERGI Migas Pengamat: Dengan 25 Blok Migas Seharusnya Maluku Sejahtera

Pengamat: Dengan 25 Blok Migas Seharusnya Maluku Sejahtera

Jakarta-TAMBANG-Provinsi Maluku memiliki potensi di sektor migas yang seharusnya bisa mensejaherakan masyarakat. Sayangnya saat ini Provinsi Maluku ada di posisi empat besar provinsi  termiskin di Indonesia. Seperti diketahui saat ini ada 25 blok minyak dan gas (Migas). Sebanyak 15 blok sudah dimiliki investor, sedangkan 10 blok sedang dalam proses tender untuk mencari investor di Dirjen Migas.

 

“Dengan 25 blok Migas yang ada di Maluku, semestinya Maluku menjadi wilayah yang sejahtera dan tidak pantas berada di posisi empat besar provinsi termiskin di Indonesia. Sekarang bagaimana kekayaan besar itu berguna untuk kesejahteraan Maluku yang masuk provinsi termiskin,”jelas Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Engelina Pattiasina bersama praktisi Migas, Boetje HP Balthazar di Jakarta, Minggu (3/8).

 

Menurut Boetje, dari ke-25 blok itu, Blok Masela dengan cadangan gas abadi memiliki jangka waktu produksi komersil 30 tahun. Begitu juga candangan gas besar ada di Blok Babar Selaru. Saat ini, perusahaan Migas rakasasa dunia yang masuk ke Maluku, yakni Inpex dari Jepang, Shell BV dari Belanda dan  Stat Oil dari Norwegia.

 

Boetje menyebut potensi Migas luar biasa di Maluku yakni selain Blok Masela, Blok Babar Selaru, juga ada Blok Pulau Moa Selatan, dan Blok Roma. Dia mengakui, blok itu berada di laut dalam dan berbatasan dengan negara lain. Untuk itu, perlu perhatian penuh sehingga tidak terjadi negara lain mengambil migas di wilayah Indonesia.

 

Boetje mengatakan, potensi sumber minyak dan gas di Maluku sebenarnya sudah lama diketahui para pemain di bidang minyak dan gas. Hal itu terbukti, adanya perusahaan raksasa yang menguasai 100 persen beberapa blok di Maluku. “Ini tidak mungkin terjadi, kalau tidak memiliki data yang sangat-sangat valid,” tegasnya.

 

Engelina mengatakan, dengan kekayaan seperti itu, pemerintah dan masyarakat Maluku harus memastikan kekayaan itu memiliki dampak nyata untuk kesejahteraan rakyat Maluku. Tidak boleh terjadi, rakyat pemilik kekayaan alam itu hidup miskin di atas sumber daya alam yang melimpah. “Dimana-mana, daerah kaya selalu dilanda konflik. Coba dicek saja di berbagai dunia. Kita harus menyadari hal ini,” ujarnya.

 

Menurut lulusan Ekonomi Politik dari Jerman ini, Maluku akan tetap tertinggal dan miskin jika tidak memiliki pemicu pertumbuhan. Untuk itu, sumber daya alam yang ada harus menjadi pemicu utama perkembangan ekonomi. “Kalau ada pemicunya, maka pertumbuhan ekonomi akan sangat cepat. Maluku saat ini harus menjadikan Migas sebagai pemicu utama ekonomi,” katanya.