Jakarta-TAMBANG. Pelemahan harga batu bara yang terjadi sepanjang 2015 berimbas pada kinerja perusahaan tambang termasuk PT Adaro Energy,Tbk. Dalam laporan keuangan konsolidasi yang diaudit untuk tahun 2015, profitabilitas perusahaan lebih rendah. Meski demikian posisi likuiditas masih tetap solid.
Sepanjang 2015, ADRO membukukan pendapatan usaha US$2.684 juta atu turun 19%. Hal ini diakibatkan oleh penurunan volume penjualan sebesar 7% dan penurunan harga jual rata-rata sebesar 14%. Sementara Laba bersih perusahaan turun 17% atau menjadi US$151 juta akibat turunnya pendapatan usaha.
EBITDA operasional Adaro, tidak termasuk komponen akuntansi non operasi, turun 18% menjadi US$730 juta. Dengan demikian ADRO berhasil mencapai panduan EBITDA Operasional pada kisaran UA$550 juta sampai US$800 juta. Angka ini mencerminkan kualitas laba dan kesinambungan model bisnisnya yang lebih baik. Adaro juga mencatat laba 2 inti sebesar US$293 juta yang menunjukkan kualitas laba setelah pajak dan kinerja yang kokoh dari bisnis intinya.
Dan Manajemen ADRO pun memastikan bahwa perusahaan meski di tahun sulit masih menjaga likuiditas yang kokoh dengan saldo kas sebesar US$702 juta dan fasilitas pinjaman bank dengan komitmen penuh sebesar US$60 juta yang belum dipakai. Ini semua akan menjadi penunjang pada situasi yang sulit saat ini.
Untuk tetap mempertahankan kinerja operasional, perseroan telah memurutkan untuk menurunkan biaya kas batubara (tidak termasuk royalti) sebesar 16% menjadi US$27,98 per ton. Hal ini terutama karena perseroan menurunkan nisbah kupas serta biaya bahan bakar yang lebih rendah daripada anggaran. Bahkan di bawah target yang telah ditetapkan pada kisaran US$31 sampai US$33 per ton.
Sementara dari sisi utang bersih, ADRO menurut Manajemen terus menurunkan posisi utang bersih dan mengurangi utang bersih sebesar 25% menjadi US$865 juta. Ini yang membuat rasio utang terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir mencapai 1,18x dan rasio utang bersih terhadap ekuitas mencapai 0,26x. Ke depan Manajemen berkomitmen untuk terus menjaga kas dan memperkuat struktur permodalannya.
Sementara seiring dengan kondisi sektor pertambangan yang sedang kurang bagus ini, Perseroan menurunkan Belanja modal hingga 41% menjadi US$98 juta. Dan angka ini sejalan dengan panduan belanja modal yang ditetapkan pada kisaran US$75 sampai US$125 juta.
Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy, Garibaldi Thohir mengatakan bahwa pihaknya berhasil mencapai target kinerja keuangan tahun 2015. Kegiatan operasional tetap berjalan dengan baik di tengah-tengah tantangan yang dihadapi di pasar batubara dan ketidakstabilan ekonomi dunia. “Kami tetap mencapai keunggulan operasional dengan kinerja yang kokoh dari bisnis inti. EBITDA Operasional dan Laba Inti mencerminkan daya laba (earning power) fundamental Adaro,”kata Garibaldi dalam siaran pers yang diterima Majalah TAMBANG.
Garibaldi pun menilai bahwa penurunan saat ini merupakan bagian dari siklus dan fundamental batubara tetap kokoh. “Kami juga memperkirakan bahwa Indonesia, negara-negara Asia Tenggara lainnya dan India akan membutuhkan batubara dengan skala yang lebih besar lagi untuk memastikan kecukupan pasokan listrik demi mendukung pertumbuhan ekonomi masing-masing,”katanya lagi.
Dan oleh karenanya ADRO menurutnya tetap fokus untuk bertahan di bisnis yang telah dibangun, terus bersumbangsih terhadap pembangunan nasional dan senantiasa menerapkan strategi untuk memperkuat bisnis inti demi kesinambungan bisnis.