Jakarta-TAMBANG. Tentang siapa yang akan menjadi operator di Blok Mahakam sampai sekarang belum resmi diumumkan. Meski demikian dalam beberapa kesempatan Pemerintah telah menegaskan bahwa Pertamina yang akan mengambilalih peran PT Total Indonesie E&P. Terkait dengan hal ini Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) meminta Pemerintah segera menetapkan BUMN Migas tersebut sebagai pemegang hak 100% di Blok Mahakam.
“Kami minta Menteri ESDM untuk segera memutuskan 100% Pengelolaan Blok Mahakam diserahkan kepada Pertamina. Hal ini penting agar Pertamina dapat menyusun program kerja masa transisi (2015-2017) yang komprehensif dan realistis,”tandas Presiden FSPPB Wahyu Eko Laksmono. Keputusan yang semakin cepat semakin dibutuhkan terkait dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan produksi migas Blok Mahakam. Maklum saja Blok Mahakam memiliki peran sentral dalam menopang kedaulatan energi nasional.
Eko pun meminta konstituen FSPPB di seluruh sentra operasi/produksi Pertamina agar tetap mampu menjaga kelancaran distribusi Energi Nasional, dan senantiasa meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan dalam menyikapi perkembangan keputusan Pemerintah terhadap hal yang diperjuangkan.
Pertamina menurut Eko selama 57 tahun telah membuktikan eksistensi dan dedikasinya dalam pengelolaan migas sebagai bagian dari upaya menjaga Kedaulatan Energi Nasional. Selain itu keberhasilan Pertamina dalam mengelola dan meningkatkan produksi di blok Off-shore North West Java (ONWJ) dan West Madura Off-shore (WMO) yang diambil alih dari pihak asing menjadi bukti kemampuan BUMN Energi ini.
Eko pun memastikan, Pertamina telah memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang lebih dari cukup untuk mengelola blok migas manapun di Indonesia termasuk Blok Mahakam.
Untuk diketahui, Blok Mahakam merupakan salah satu lapangan minyak dan gas bumi di lepas pantai Kalimantan Timur dengan produksi gas mencapai 30% produksi Nasional. Ketika pertama kali ditemukan blok ini memiliki cadangan terbukti sekitar 1,4 miliar barrel minyak dan 26 trilyun cubic feet (TCF) gas.
Blok Mahakam mulai dieksploitasi pada 1967 selama 30 tahun dan diperpanjang lagi selama 20 tahun hingga 2017 melalui kontrak kerjasama antara Pemerintah RI dengan perusahaan asal Prancis PT Total Indonesie E&P. Pihak Asing ini telah melakukan produksi dan pengurasan secara besar-besaran cadangan yang dimiliki sehingga menjadikan Indonesia sebagai eksportir LNG terbesar di dunia periode 1980-2000.
Pada saat kontrak berakhir pada 2017 nanti, diperkirakan cadangan Blok Mahakam yang tersisa sebesar 100 juta barrel minyak dan 6-8 TCF gas yang bernilai lebih dari Rp. 500 Trilyun. Pekerja Pertamina yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) menyatakan bahwa setiap wilayah kerja migas yang sebelumnya dikelola pihak asing ketika selesai jangka waktu kontraknya harus dikembalikan sepenuhnya kepada BUMN.