Jakarta, TAMBANG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa total produksi batu bara RI mencapai 836 juta ton sepanjang tahun 2024.
Rinciannya, sebanyak 555 juta ton dialokasikan untuk ekspor, 233 juta ton untuk memenuhi kebutuhan Domestic Market Obligation (DMO), dan 48 juta ton digunakan sebagai stok.
“Di 2024 kita ekspor sebesar 555 juta ton. Ini domestik 233 juta ton dan stok 48 juta ton. Artinya 2024 total batu bara yang dipakai sekitar 788 juta ton,” ungkap Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja 2024 dan Program Kerja 2025 Sektor ESDM di Gedung Chairul Saleh, Jakarta, Senin (3/2).
Realisasi produksi batu bara RI pada tahun 2024 meningkat sebesar 117 persen dari target yang ditetapkan, yaitu 710 juta ton. Bahlil Lahadalia menyebutkan bahwa dengan capaian ini, Indonesia menyumbang sekitar 30-35 persen dari total kebutuhan batu bara dunia yang beredar di pasar global, yang diperkirakan mencapai 1,5 miliar ton.
“Total pemakaian batu bara dunia, itu kurang lebih sekitar 8-8,5 miliar ton. Tetapi, yang beredar di pasar batu bara, itu kurang lebih sekitar 1,250 miliar-1,5 miliar ton. Kita menyuplai kurang lebih sekitar 555 juta ton, itu sama dengan 30-35 persen dari konsumsi dunia,” beber Bahlil.
Di sisi lain, realisasi produksi batu bara pada tahun 2024 mencetak rekor baru bagi Indonesia, melampaui rekor sebelumnya yang terjadi pada tahun 2023 dengan produksi sebesar 775 juta ton. Pada tahun 2023, realisasi ekspor batu bara Indonesia mencapai 518 juta ton, sementara realisasi Domestic Market Obligation (DMO) mencapai 213 juta ton.
Pecah rekor tersebut setidaknya terjadi sejak tahun 2016 yang mencapai 456 juta ton, pada tahun 2017 sebesar 461 juta ton, tahun 2018 sebesar 558 juta ton. Sementara pada tahun 2019 produksi batu bara RI mencapai 616 juta ton, tahun 2020 turun jadi 564 juta ton,
Sejak tahun 2020, realisasi produksi batu bara terus meningkat menjadi 614 juta ton pada tahun 2021, lalu naik lagi menjadi 687 juta ton pada tahun 2022.