Beranda Galeri Pasokan LNG Berlimpah Sampai 2020

Pasokan LNG Berlimpah Sampai 2020

 Kapal tanker pengangkut LNG. Sumber foto: maritime-connector.com

JAKARTA—TAMBANG. PASOKAN LNG akan berlimpah sampai awal 2020. Harga rendah akan menunda proyek LNG di British Columbia, Kanada, demikian disampaikan hasil riset bank terbesar ketiga di negeri itu, Scotiabank. Hasil riset itu dituangkan ke dalam indeks harga komoditas, dan dipublikasikan Kamis kemarin.

Harga LNG jatuh terseret oleh harga minyak yang rendah, berkurangnya permintaan dari negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Cina, India, dan Taiwan. Pada saat yang sama, pasokan ke pasar bertambah dari proyek baru di Australia, Amerika Serikat, Malaysia, dan Indonesia.

‘’Harga LNG yang beberapa tahun lalu sangat tinggi, kini telah turun jauh,’’ kata Patricia Mohr, ekonom Scotiabank. Hal ini terjadi karena dua hal: harga minyak telah bergerak jauh ke bawah, serta banyak kontrak penjualan LNG di Asia yang dikaitkan langsung dengan harga minyak. ‘’Hadirnya pasokan baru dari proyek yang sudah selesai di Australia, Malaysia, Amerika Serikat tidak diimbangi dengan meningkatnya aktivitas ekonomi. Kalau dilihat dari neraca pasokan LNG, terjadi surplus pasokan,’’ kata Patricia Mohr.

Karena harga minyak yang murah, konsumen energi lebih memilih minyak ketimbang energi alternatif seperti LNG. Di Cina, misalnya, harga LNG impor lebih mahal ketimbang harga bahan bakar minyak. ‘’Anda menyaksikan beberapa industri mengalihkan bahan bakarnya dari LNG ke minyak,’’ katanya.

Harga minyak bergerak turun naik, relatif sulit diprediksi. Koran bisnis Business Vancouver Kamis kemarin memberitakan, harga minyak mencapai US$35 per barel, pada awal bulan Januari ini sempat menyentuh US$ 27. Kenaikan harga ini merupakan buntut dari kesepakatan Rusia dan Saudi Arabia, dua produsen terbesar minyak di dunia, untuk memangkas produksi.

Dihentikannya sanksi terhadap Iran membuat situasi pasokan berlebih terus berlanjut. ‘’Harga minyak akan tetap rendah dan susah ditebak, sampai tanda-tanda jelas pengurangan produksi terjadi. Sampai kapan terjadi belum jelas, mengingat Irak punya ambisi tinggi untuk menambah produksi,’’ kata Patricia Mohr.