Jakarta, TAMBANG – Pemerintah baru saja meresmikan peletakan batu pertama pendirian pabrik baterai lithium di Morowali, Sulawesi Tengah, Jumat (11/1) pekan lalu. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pabrik tersebut akan masuk ke tahap produksi mulai semester kedua tahun depan.
“Akan selesai 16 bulan, mulai produksi tahun depan pertengahan,” tutur Luhut saat menghadiri diskusi pagi di Kantor Kemenko Maritim, Senin (14/1).
Pabrik yang dimaksud ialah PT QMB New Energy Materials, perusahaan kerja sama antara Indonesia, China, dan Jepang. Pabrik itu berdiri di kawasan industri PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Morowali. Ada tiga investor terlibat, di antaranya GEM Co.,Ltd., Brunp Recycling Technology Co.,Ltd., Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa.
“Kalau jadi, nanti kita punya bahan baku baterai. Untuk sepeda motor, public transportation, commercial car, sedan, dan sebagainya,” kata Luhut.
Di atas lahan 120 hektare, perusahaan gabungan itu tidak hanya ditarget memproduksi bahan baku baterai, melainkan juga produk hilir lain dari nikel, seperti baja, stainless steel, carbon steel, dan slab.
“Di Morowali itu sekarang sudah terbentuk industri terintegrasi. Dari nikel, stainless steel, carbon steel sampai lithium,” ujar Luhut.
Adapun nilai investasi yang digelontorkan mencapai USD700 juta. Dari investasi itu, perkiraan produksi yang akan dihasilkan sekitar USD800 juta per tahun.
Untuk diketahui, PT QMB New Energy Materials memiliki kapasitas konstruksi nikel sebesar 50.000 ton dan kobalt 4000 ton. Mereka akan memproduksi 50.000 ton produk intermediate nikel hidroksida, 150.000 ton baterai kristal nikel sulfat, 20.000 ton baterai kristal sulfat kobalt, dan 30.000 ton baterai kristal sulfat mangan.
“Investasi ini akan meningkat terus,” pungkas Luhut.