Jakarta, TAMBANG. PERUSAHAAN komoditi dengan wilayah kerja utama Asia, Noble Group, menghadapi risiko memburuknya kinerja keuangan. Noble baru saja mengumumkan menghapus dari pembukuan piutangnya sebesar US$ 1,2 miliar, yang dengan sendirinya akan mengurangi nilai asetnya. Penghapusan pembukuan piutang itu terjadi menjelang Noble memaparkan laporan kinerja keuangannya, dan di tengah rendahnya harga batu bara.
Awal tahun ini, S&P menurunkan peringkat kredit untuk Noble menjadi ‘’junk’’ alias ‘’sampah’’. Kemarin, S&P mengeluarkan pengumuman lagi, rugi dalam setahun penuh dapat membuat Noble tak bisa membayar utangnya.
‘’Dalam pandangan kami, Noble dapat wanprestasi terhadap perjanjian keuangannya,’’ tulis S&P.
Noble, yang banyak memperdagangkan batu bara dan mineral logam sangat terpukul oleh rendahnya harga komoditi, meski sudah berupaya hanya membeli produk dari sumber yang ongkosnya murah, seperti dari Amerika Selatan, Afrika Selatan, Australia, dan Indonesia.
Noble diperkirakan akan mengumumkan kerugian pada keuangan tahun 2015. Penyisihan piutang sebesar US$ 1,2 miliar juga akan mengurangi asetnya.
Dalam pernyataannya, Noble menyebut, rontoknya harga minyak turut berperan dalam rendahnya harga batu bara –dagangan utama Noble.
Kesepakatan COP21 di Paris untuk mengerem pemanasan global juga meredupkan masa depan bisnis batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik.
‘’Kombinasi berbagai faktor ini, ditambah dengan situasi ekonomi dunia yang lesu, serta melemahnya perekonomian Cina, membuat harga batu bara terpukul,’’ demikian pernyataan Noble, sebagaimana dimuat koran Inggris, The Telegraph.
Harga minyak diperkirakan perlahan-lahan akan naik. Tetapi kenaikan yang cepat diramal baru terjadi mulai 2017.
Untuk batu bara, harga diperkirakan sulit bergerak karena rendahnya permintaan.