Jakarta, TAMBANG – PT RMK Energy Tbk (RMKE IJ) berhasil membukukan pendapatan usaha sebesar Rp1,3 triliun atau meningkat secara signifikan sebesar 19,7% YoY hingga Juni 2023. Pertumbuhan pendapatan usaha tersebut berasal dari segmen jasa yang telah tumbuh 99,7% YoY pada semester pertama tahun ini.
Direktur Keuangan RMKE, Vincent Saputra menyampaikan kinerja pada semester pertama tahun ini menegaskan bahwa Perseroan berkompeten di bidang jasa logistik batu bara terintegrasi dengan kontribusi laba yang berasal dari segmen jasa dan segmen batu bara masing-masing sebesar 59,3% dan 40,7% hingga Juni 2023.
“Kami yakin tren ini akan terus berlanjut dengan kontribusi laba yang lebih besar dari segmen jasa batu bara seperti kinerja Perseroan pada masa sebelum pandemi,” ucap Vincent dalam konferensi pers, Rabu (3/8).
Menurutnya, meski cuaca kurang mendukung dan harga batu bara sedang mengalami normalisasi, Perseroan masih dapat mencetak kinerja operasional dan finansial yang terus bertumbuh dan secara rata-rata telah mencapai 41,4% target tahun 2023.
“Manajemen masih melihat prospek yang jauh lebih baik di semester kedua tahun ini dengan cuaca yang lebih mendukung (fenomena el nino), musim dingin pada akhir tahun serta harga batu bara yang cenderung stabil,” ucap Vincent.
Seiring dengan pertumbuhan pendapatan usaha, Perseroan juga berhasil membukukan laba kotor sebesar Rp289,9 miliar atau tumbuh sebesar 28,5% YoY pada semester pertama tahun ini. Peningkatan laba kotor ini juga ditopang oleh pertumbuhan laba kotor dari segmen jasa yang telah tumbuh sebesar 236,8% YoY hingga Juni 2023.
Margin laba segmen jasa yang kian tebal mendongkrak kinerja keuangan Perseroan sehingga berhasil membukukan laba bersih konsolidasian sebesar Rp199,2 miliar atau meningkat sebesar 28,8% YoY pada semester pertama tahun 2023.
Pertumbuhan segmen jasa ini ditopang oleh kenaikan volume bongkaran kereta dan muatan tongkang yang tumbuh signifikan masing-masing sebesar 23,0% YoY dan 35% YoY. Jumlah bongkaran kereta dan muatan tongkang hingga Juni 2023 masing-masing telah mencapai 6,3 juta MT dan 4,3 juta MT.
Pendapatan dari segmen penjualan batu bara cenderung flat di tengah normalisasi harga batu bara yang terkoreksi sebesar 16,1% YoY hingga Juni 2023, namun kinerja segmen ini masih ditopang oleh pertumbuhan volume penjualan batu bara sebesar 11,9% YoY menjadi 1,1 juta MT.
Pertumbuhan volume penjualan batu bara ini sebagian besar berasal dari pertumbuhan produksi tambang in-house, PT Truba Bara Banyu Enim (TBBE) yang memproduksi 671,8K MT batu bara, atau meningkat sebesar 45,7% YoY dan berkontribusi 60% ke total volume penjualan batu bara.
Selain didukung oleh pertumbuhan volume batu bara, Perseroan juga berupaya mengoptimalkan biaya operasional dengan beban pokok pendapatan penjualan batu bara yang turun 43,1% YoY pada kuartal ke-2 tahun ini.
“Perseroan juga sedang berupaya merampungkan private hauling road yang ditargetkan selesai tahun ini sehingga dapat meningkatkan volume angkutan batu bara dari tambang-tambang pihak ketiga. Dengan selesainya proyek hauling road ini, Perseroan dapat bersinergi bersama Perusahaan afiliasinya RMKO, yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia, sehingga dapat memberikan layanan logistik batu bara yang terintegrasi dari hulu-hilir,” ucapnya.
“Perseroan juga akan mengoptimalkan produksi batu bara dari tambang in-house untuk meningkatkan volume penjualan batu bara yang sempat terdampak cuaca pada semester pertama tahun ini,” tambah Vincent.
Ke depannya Manajemen Perseroan semakin optimis untuk dapat mempertahankan kinerja keuangan yang berkelanjutan dengan volume permintaan batu bara yang masih terus meningkat serta optimalisasi biaya operasional untuk memitigasi dampak negatif normalisasi harga saat ini.