Nova Farida
[email protected]
Jakarta-TAMBANG. Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTB) berkapasitas 10 Mega Watt (MW). Bahan baku yang akan digunakan yaitu batang pohon Kaliandra Merah yang tersebar di Morowali.
Direktur Utama PT Prima Layanan Nasional Enjinering (PLNE), Zainal Sihite mengatakan setelah melakukan penandatanganan nota kesepahaman dengan pihak Kabupaten Morowali, pihaknya selaku konsultan akan melakukan studi kelayakan.
Proyek tersebut akan menjadi pelopor pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk kelistrikan di Indonesia Timur. “Ini pilot project pertama untuk Indonesia timur biomassa, diharapkan di tiru daerah lain,” kata Zainal, kantor Kadin, Jakarta, Senin (10/11).
Menurutnya, untuk membangun PLTB berkapasitas 10 MW memerlukan biaya sebesar Rp 30 miliar, pembangunan tersebut diperkirakan memakan waktu dua tahun. “Kalo biomassa Rp 3 juta per kwh. Target normal 6 bulan studi kelayakan dua tahun bisa selesai dibangun,” ungkapnya.
Ia mengatakan pembangkit listrik akan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Sebab, kebutuhan listrik rumah tangga di Morowali hanya sebesar 4-7 megawatt.
Bersamaan, Bupati Morowali, Anwar Hafidz mengatakan selama ini kebutuhan listrik di Morowali tidak mencukupi. “Pasokan listrik hanya sebesar 136 MW, sedangkan kebutuhan smelter 450 MW dan rumah tangga sekitar 6 MW,” kata Anwar.
Persoalan listrik ini juga menjadi kendala untuk mengembangkan potensi yang ada di Morowali.
“Potensi yang ada di Morowali tidak maksimal dikarenakan kurangnya pasokan listrik di Morowali. Padahal, Morowali bisa menjadi tempat wisata bahari yang potensial,” kata Anwar. Ia menambahkan, sebelumnya, warganya hanya menikmati listrik selama delapan jam. “Selebihnya kami gelap-gelapan,” tuturnya.
Ia pun yakin bahwa tanaman berjenis Kaliandra Merah dapat memenuhi kebutuhan listrik di daerahnya. “Potensi dan lahan untuk tanaman kayu ada di Morowali. Saya tidak mau berlama-lama dan segera siapkan MoU karena mudah-mudahan ini cepat terealisasi,” harapnya.
Zanal menjelaskan, Kayu Kaliandra Merah ini dinilai lebih baik karena tidak mengeluarkan polusi seperti batu bara.”Daerah yang punya lahan nganggur dan kosong sangat berpeluang untuk menanam tanaman pohon ini dan diolah jadi bahan bakar pembangkit. Kalau tidak, pohon juga bisa dijual ke PLN untuk pembangkit. Energi dijual ke masyarakat jadi ada siklus yang menarik,” tutupnya.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Timur bersama PT PLN Enjiniring dan Pemerintah Kabupaten Morowali meneken nota kesepahaman proyek tersebut. Dalam skema kerja sama itu, pemerintah Morowali menyediakan lahan pembangkit dan lokasi penanaman bahan baku biomassa. Proyek ini digarap Kadin.
Menurut Zainal, PLN Enjiniring bertindak sebagai konsultan. Setelah beroperasi, listrik yang dihasilkan akan dibeli oleh PLN.