Dubai—TAMBANG. KELOMPOK Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tetap akan mempertahankan tingkat produksi yang diputuskan pada 27 November lalu, di Wina. Pada pertemuan tingkat menteri ke-166 itu diputuskan, OPEC mempertahankan produksinya 30 juta barel per hari.
‘’Kami sepakat, penting untuk mempertahankan produksi pada tingkat sekarang. Keputusan itu diambil dengan mufakat oleh semua menteri,’’ kata Sekretaris Jenderal OPEC, Abdullah Salem al-Badri, pada sebuah konperensi di Dubai, kemarin. ‘’Keputusan telah diambil. Mari kita lihat apa yang terjadi,’’ katanya sebagaimana dikutip Trade Arabia.
Keputusan OPEC masih merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak. OPEC memasok 40% pasar minyak dunia. Jumat pekan lalu, harga minyak mentah jenis Brent, andalan dari Laut Utara, diperdagangkan di bawah US$ 62 per tong, menyusul rontoknya mata uang dan saham yang dipukul oleh rendahnya harga minyak.
Brent merupakan salah satu minyak andalan, yang disukai karena encer dan kandungan belerangnya rendah. Harga Brent sangat mempengaruhi harga minyak jenis lainnya.
Akibat jatuhnya harga minyak, harga saham di seluruh Timur Tengah jatuh tajam, pada hari Minggu. Situasi ini makin menyesakkan, karena sejak Oktober lalu pasar saham telah rontok, membuat kapitalisasi pasar berkurang US$ 150 miliar.
Namun, Abdullah Salem al Badri tidak merencanakan adanya pertemuan darurat OPEC. ‘’Saya percaya, rendahnya harga itu lebih karena spekulasi,’’ katanya.
Pernyataan yang disampaikan Abdallah Salem el-Badri ini merupakan yang pertama semenjak konperensi OPEC lalu. Ia mengatakan, keputusan yang diambil OPEC tidak ditujukan untuk merugikan negara produsen mana pun.
‘’Ada yang bilang, keputusan kami ditujukan kepada Amerika Serikat dan minyak serpih (shale oil). Ini sama sekali tidak benar. Ada juga yang mengatakan, ini ditujukan untuk Iran dan Rusia. ‘’Ini juga salah,’’ katanya.
OPEC tidak memiliki target harga minyak. Ia mendesak agar negara-negara teluk terus berinvestasi di ekplorasi dan produksi. ‘’Amerika Serikat akan tergantung pada minyak dari Timur Tengah untuk jangka waktu lama,’’ kata Badri.
Harga minyak Brent telah turun hampir 50% dibanding Juni lalu, akibat menurunnya permintaan dan naiknya produksi minyak Amerika Serikat.
Harga minyak diperkirakan makin turun setelah lembaga energi dunia, International Energy Agency, meramal harga akan turun lagi, sebagai akibat melemahnya permintaan dan makin banyaknya pasokan.
Ilustrasi: columbian.com