Jakarta,TAMBANG, Mayoritas saham PT Freeport Indonesia pasca divestasi telah dimiliki Indonesia. Lewat Holding BUMN Tambang, PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero), Indonesia menguasai 51% saham di salah satu produsen tembaga terbesar di dunia tersebut.
Dengan status baru tersebut, Menteri BUMN Rini M. Soemarno meminta PTFI untuk lebih berperan dalam meningkatkan kapasitas masyarakat di Papua Barat khususnya di Mimika.
“Pengelolaan tambang ini mampu meningkatkan dan mendorong ekonomi nasional, khususnya Provinsi Papua Barat. Ini tanggung jawab bersama Freeport dan Inalum. Jadi kita sudah harus meningkatkan program-program untuk masyarakat. Sehingga masyarakat Mimika dan sekitar tambang bisa mandiri ketika sudah tidak ada Freeport lagi,” tandas Rini.
Pemberdayaan masyarakat di wilayah pertambangan menurut Rini menjadi tugas bersama antara pemerintah dan perusahaan. Banyak daerah yang akhirnya tidak berkembang setelah tambang tidak lagi beroperasi. Oleh karenanya Ia meminta Freeport dan Inalum agar pembangunan pabrik pengolahan atau smelter dilakukan di dekat lokasi pertambangan. Sehingga, ekonomi masyarakat yang berada di sekitar lokasi tambang bisa meningkat.
“Ini merupakan program pak presiden, bagaimana masyarakat di desa dan dekat lokasi tambang itu bisa mendapatkan benefit sebesar-besarnya dari pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.
Menurut Rini, tambang emas Freeport ini merupakan salah satu aset terbaik yang dimiliki bangsa Indonesia. Hal ini tidak hanya dilihat dari sisi keuntungan dan nilai material. Tetapi juga dari cara BUMN atau Negara mengelola tambang emas Freeport ini. Oleh karenanya, para pekerja Indonesia harus bisa menguasai ilmu-ilmu dalam pengelolaan tambang emas secara modern.
“Sehingga ke depan kita harapkan kalau nanti kita harus membuka tambang-tambang yang baru, yang punya kesulitan seperti Grasberg ini, kita sudah dapat melakukannya sendiri,” tegasnya.
Menteri Rini meyakini industri tambang memiliki efek ekonomi yang tinggi untuk negara dan daerah sekitar. Ia berharap Freeport dan Inalum dapat bersinergi dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia, khususnya Papua Barat melalui program-programnya.
“Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat yang berada di lokasi terjauh, terpencil dan dalam keadaan ekonomi yang paling rendah,” pungkasnya.
Dalam kunjungan ini juga ada kesepakatan kerja sama antara Holding Industri Pertambangan (HIP) dengan PT Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia (BNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI). Kesepakatan tersebut terkait dua hal, yakni kerja sama transaksi valuta asing (valas) dan dukungan fasilitas ekspor dan impor untuk anggota Holding Industri Pertambangan.
Terkait dengan kerjasama valas, seluruh anggota HIP akan memperoleh kemudahan dalam transaksi jual dan beli valas dengan ketiga bank BUMN tersebut.
“Kerjasama ini merupakan komitmen dan serangkaian strategi untuk membangun BUMN yang kuat, efisien, dan kompetitif di pasar global. Ini juga sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor.”terang Rini.
Sementara CEO Holding Industri Pertambangan Budi Gunadi Sadikin menyebut kerjasama ini sebagai salah satu program sinergi dalam penyaluran valas dari anggota holding pertambangan yang memiliki kelebihan likuiditas valas. “Selain itu diharapkan dengan adanya kerjasama ini dapat turut serta membantu stabilitas nilai tuka,”terang Budi.
Untuk diketahui Holding BUMN Pertambangan mengekspor aluminium, bauksit, nikel, ferronikel, emas, batubara dan timah senilai lebih dari US$2.5 miliar atau setara Rp 35 triliun.
Dengan nilai ekspor sebesar itu ketiga bank BUMN tersebut telah sepakat untuk membantu HIP dalam memberikan dukungan dan fasilitas perbankan berupa trade services dan atau trade financing yang memadai dengan tarif yang kompetitif.
Sementara Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Gatot Trihargo menjelaskan selain kerjasama ini, Bank BUMN diharapkan dapat mendukung program-program hilirisasi Holding Industri Pertambangan.
Turut hadir menyaksikan penandatanganan kerjasama tersebut antara lain Sekretaris Kementerian BUMN Imam Apriyanto Putro, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry Sampurno, Direktur Utama Antam Arie Ariotedjo, Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin, Direktur Utama Timah Riza Pahlevi Tabrani dan Direktur Utama PTFI Tony Wenas.