Beranda Tambang Today Menteri Rini Dorong BUMN Tambang Lakukan Hilirisasi

Menteri Rini Dorong BUMN Tambang Lakukan Hilirisasi

Jakarta,TAMBANG – Menteri BUMN Rini Soemarno mendorong perusahaan-perusahaan tambang yang menjadi anak usaha Holding BUMN PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), untuk meningkatkan ekspor.

 

Rini menggarisbawahi, yang diekspor tidak dalam bentuk mineral mentah (ore) tetapi harus yang sudah diolah. Tujuan tidak lain mendatangkan nilai tambah.

 

Rini menjelaskan, dirinya merasa sangat senang. Karena Inalum, bersama-sama PT Aneka Tambang (Antam),PT  Bukit Asam dan PT Timah bisa menjelaskan kinerja produksi dan ekspornya.

 

“Karena sekarang ini kita menyadari, banyak pembicaraan terkait pelemahan Rupiah kepada dolar Amerika Serikat, di mana perdagangan transaksi kita yang negatif,” ungkap Rini Soemarno.

 

BUMN sering dituduh sebagai yang banyak mengimpor. Sementara ada juga BUMN yang mengekspor dalam jumlah besar. Ia juga menegaskan peran penting sektor tambang dalam memangkas defisit ekspor dan impor nasional.

 

“Sektor tambang merupakan salah satu tulang punggung dalam mengatasi defisit neraca perdagangan. Saya ada pesanan khusus ke direksi, justru di tambang harus melakukan proses terhadap produk tambang untuk meningkatkan nilai tambah,” kata Rini.

 

Menteri Rini saat didampingi Dirut Inalum, Budi Gunadi Sadikin dan Dirut PTBA,Tbk  Arviyan Arifin, Dirut PT Timah,Tbk , Bapak M. Reza Pahlevi dan Direktur Operasi PT Antam,Tbk  Hari Widjajanto, menyebutkan, bahwa inilah yang menjadi salah satu kelemahan di sektor pertambangan selama ini karena mengekspor produk yang belum diolah.

 

“Sehingga minim nilai tambah. Padahal jika dilakukan pengolahan maka akan mendatangkan nilai tambah yang lebih besar,” terang Rini.

Menurut Rini selain ekspor makin baik, tentunya ke depan, ia mau produk akhir dari tambang ini, produknya bisa menghasilkan nilai tambah sampai 20an kali lipat.

 

“Itulah, yang saya harapkan itu bisa dilakukan,” tambah Rini.

 

Sementara Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, tahun ini secara holding, pihaknya optimis nilai ekspor akan mencapai USD2,52 miliar atau setara Rp37,25 triliun. Angka itu naik drastis jika dibandingkan dengan total ekspor holding BUMN tambang di 2017 sebesar USD 1,89 miliar.

 

“Memang kita diminta Bu Rini untuk ceritakan ekspor kita seperti apa. Kalau misalnya ditambah dengan PT Freeport bisa mencapai USD 10 miliar karena dia bisa ekspor setahun USD 7 miliar,” lanjut Budi.

 

Dari data yang disampaikan proyeksi angka ekspor itu terdiri dari ekspor dari Inalum sebesar USD 79 juta, PT Aneka Tambang USD 1,04 miliar, PT Bukit Asam USD 829 juta dan PT Timah sebesar USD 563 juta.

 

Meski demikian, Budi masih memberi catatan angka ekspor khusus dari Antam yang masih tinggi dari ekspor ore. PT ANTAM sampai sekarang masih mengekspor bijih nikel dan bauksit setelah mendapat rekomendasi dari Pemerintah. Di tahun 2018 ini, ANTAM telah mengekspor bauksit sebesar  1.249 kwmt. Dan Ekspor bijih nikel kadar rendah sebanyak 4.057 kwmt.

 

Padahal, untuk bauksit jika diolah menjadi alumina dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi PT Inalum untuk diolah menjadi aluminium.  “Kita juga ada impor 100 persen bahan bakunya aluminium, which is harusnya dari sini. Itu ekspor bauksit ore 400.000 ton bisa jadi alumina 200.000 ton,” terangnya.

 

Oleh karenanya, ke depan menjadi penting untuk dilakukan pengolahan untuk semua produk tambang. Apalagi Indonesia punya keunggulan memiliki sumber daya tambang yang dapat menjadi bahan baku. Bahkan sebaiknya tidak hanya untuk produk antara tetapi lebih ke hilir.

 

Sejauh ini BUMN tambang seperti ANTAM, PTBA dan TIMAH sudah melakukan pengolahan dan pemulihan atas produk-produk tambangnya.