Beranda ENERGI Migas Menteri ESDM Bahlil: Peningkatan Lifting Minyak Kunci Daulat Energi RI

Menteri ESDM Bahlil: Peningkatan Lifting Minyak Kunci Daulat Energi RI

Lifting minyak
Ilustrasi

Jakarta, TAMBANG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa kunci kedaulatan energi Indonesia saat ini bergantung pada peningkatan volume lifting minyak. Kata dia, kalau tidak bisa mengatasi permasalahan ini jangan harap bisa mimpi jadi negara berdaulat energi.

“Jadi kalau tidak mampu mengatasi lifting, maka jangan pernah bermimpi menuju kepada kedaulatan energi,” ujar Bahlil dalam REPNAS National Conference and Awarding Night di Jakarta, Senin (14/10).

Tahun ini, sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2024, pemerintah menargetkan lifting minyak sebesar 635.000 barel per hari (BOPD). Namun, per Semester I 2024, lifting minyak RI masih di bawah target yakni mencapai 595.000 barel per hari. 

Untuk meningkatkan produksi minyak nasional, Bahlil menyebut saat ini Kementerian ESDM melakukan sejumlah strategi seperti penggunaan berbagai teknologi dan Teknik produksi di antaranya fracking, EOR dan horizontal drilling untuk sumur-sumur yang eksisting.

“Salah satu teknologi itu adalah EOR dan ini kita kembangkan Pertamina untuk membangun di wilayah Rokan di Sumatera. Mau tidak mau seperti itu,” beber Bahlil.

Strategi selanjutnya adalah reaktivasi sumur-sumur minyak yang menganggur alias idle. Saat ini jumlah sumur idle mencapai 16.900 sumur dan sebanyak 4.495 sumur bisa diaktifkan lagi.

“Kita harus mengoptimalkan sumur-sumur kita baik yang ada maupun yang idle untuk meningkatkan lifting kita. Karena kalau tidak ada gerakan apa-apa itu turun kita sampai 7-15 persen per tahun,” jelasnya.

Strategi berikutnya adalah melakukan ekplorasi di wilayah Indonesia Timur. Kata Bahlil, Wilayah Indonesia Timur memiliki potensi penemuan-penemuan cadangan minyak dan gas baru, tentu dengan penawaran insentif yang lebih menarik.

“Pemerintah akan mendorong percepatan melalui skema kerja sama dan insentif yang lebih menarik,” beber Bahlil.

Hal serupa sebelumnya disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi menyadari bahwa lifting minyak RI terus mengalami penurunan signifikan sehingga di akhir masa jabatannya ini, Mantan Wali Kota Solo tersebut meminta agar lifting minyak dinaikkan meski dengan menggunakan cara apapun.

“Saya titip yang berkaitan dengan lifting minyak harus naik. Dengan cara apapun harus naik. Sumur-sumur yang kita miliki produktifkan,” ujar Jokowi dalam HUT Pertambangan dan Energi ke-79 di Jakarta, Kamis (10/10).

Jokowi menjelaskan, saat produksi minyak turun pemerintah harus menggelontorkan APBN yang tidak sedikit untuk menutupi kebutuhan minyak melalui impor. Penurunan lifting minyak juga berdampak pada tergerusnya devisa negara.

“Kalau dihitung kelihatannya kecil, turun 100 (barel per hari), 50 (barel per hari), tapi kalau dihitung ke uang, impor migas kita itu ratusan triliun yang harus dikeluarkan, artinya devisa kita hilang,” beber Jokowi.