Jakarta, TAMBANG – Jejak tambang Grasberg begitu melegenda. Menjadi ladang tembaga dan emas bagi PT Freeport Indonesia, yang tercatat sebagai pertambangan terbuka terbesar di Indonesia yang dikenal dunia. Tambang Grasberg beroperasi pertama kali pada tahun 1988. Area tambang terbuka resmi ditutup pada tahun 2020, kemudian operasi Freeport beralih ke bawah tanah. Bentuk Grasberg bak kawah besar dengan diameter sekitar empat kilometer dan kedalaman sekitar satu kilometer. Berada di ketinggian sekitar 4.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Ketika masih aktif, tambang terbuka Grasberg menghasilkan ratusan ribu ton bijih saban hari. Secara pararel, Freeport mulai melakukan reklamasi sejak tahun 1999. Perlahan-lahan dihijaukan kembali. Dirancang untuk balik menjadi seperti rona awal. Menariknya, aktifitas reklamasi dan revegatasi di sana memerlukan upaya yang tak biasa.
Vice President Environmental Freeport, Gesang Setyadi mengatakan, ada dua tugas utama dari reklamasi yang dijalankan, yakni penatagunaan lahan dan revegetasi. Cara mereklamasi Grasberg sama sekali berbeda dengan tambang pada umumnya. Sebab lokasinya berada di pegunungan, dalam bahasa teknis disebut masuk ke dalam zona alpine dan subalpine dengan ekosistem yang lebih banyak ditumbuhi rerumputan, semak-semak, dan pakis.
Belum ada tambang di Indonesia yang menyerupai Grasberg. Terutama soal suhu yang ekstrim dan momen fotosintesis yang singkat. Titik utama yang direklamasi oleh Freeport berada di areal Wanagon di ketinggian 3.800 mdpl dan areal Kaimana di elevasi 4.300 mdpl. Lokasi bekas tambang Grasberg itu, bersebelahan dengan Puncak Jaya, Pegunungan Cartenz, tempat salju abadi. Tak ayal, kerap menghadapi cuaca yang ekstrem.
“Lerengnya curam. Kerap menghadapi situasi cuaca yang ekstrem, bahkan terkadang suhunya mencapai 1 derajat celcius. Proses fotosistesis amat singkat, biasanya matahari muncul hanya dari pukul delapan hingga pukul sepuluh pagi,” kata Gesang, pada awal Februari lalu.
Selain itu, untuk memastikan standar keselamatan, para pekerja yang turun ke lereng-lereng melakukan reklamasi, juga harus dipastikan fisiknya kuat, terutama tahan dingin. Petugas yang turun wajib menggunakan alat pendakian karena lerengnnya curam.
“Itupun kami terpaksa berhenti kalau turun hujan lebat karena khawatir ada petir. Secara rutin, kami melakukan sertifikasi. Tujuannya tentu untuk memastikan semuanya aman,” tutur Gesang.
Mula-mula, proses reklamasi dimulai dengan penataan lahan yang menggunakan batuan penutup atau overburden. Lantaran mengandung mineral sulfida, batuan penutup itu perlu diramu terlebih dahulu agar tidak larut menjadi air asam tambang karena terpapar air, oksigen, atau bakteri alami. Caranya dengan dicampur batu kapur yang diperoleh dari sekitar area tambang. Hingga akhirnya, batuan penutup tersebut siap untuk ditempatkan pada area reklamasi Grasberg.
Saat batuan penutup siap digunakan untuk reklamasi, perlu juga diimbangi dengan perhitungan kestabilan lereng. Setiap hamparan dibuat landai sekitar 25 derajat. Bagian paling atas ditudung atau ditutup lagi dengan batu kapur setebal lima meter. Kemudian baru ditaburi tanaman.
“Proses pelandaian lahan direncanakan selesai pada tahun 2029. Setiap proses penanaman butuh waktu delapan tahun hingga sepuluh tahun untuk bisa mirip dengan ekosistem yang ada di sekitarnya,” ujar Gesang.
Pupuk Khusus Dari Jerman
Uniknya, jenis pupuk yang digunakan untuk revegetasi didatangkan khusus dari Jerman.Kata Gesang, pihaknya sudah melakukan berbagai macam uji coba sejak 24 tahun lalu. Melewati banyak proses riset dan pengembangan. Hasilnya yang paling cocok hanya pupuk khusus dari Jerman.
Soal metode penanaman, Freeport juga sudah coba berbagai macam teknik. Paling efisien harus ambil rumput dari sekitar Grasberg, kemudian diangkut pakai karung dan langsung ditanam. Kalau lewat kebun bibit atau nursery, malah kurang bagus.
“Kami pernah coba membuat nursery untuk menumbuhkan rumput. Lalu menggunakan media pot tanam sabut kelapa atau cocopot yang diletakkan di area reklamasi. Hasilnya tidak bagus karena akar rumput tidak mampu menerobos pot sabut kelapa,” beber Gesang.
Meski demikian, kata Gesang, Freeport tetap membangun nursery. Tujuannya untuk melakukan pengayaan spesies tanaman, seperti perdu dan pakis.
“Kami harus menunggu sekitar satu tahun hingga dua tahun untuk memastikan ekosistemnya bisa terbentuk. Kami menggunakan juga teknik hydroseeding, itupun butuh waktu panjang untuk menemukan formula yang tepat. Kalau kita melihat lima tahun terakhir, kemajuan pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik dibandingkan tanaman di masa awal-awal,” tegas Gesang.
Pionir Menyusun Penelitian
Saat ini, aturan soal reklamasi dan vegetasi yang ada, belum secara khusus dan spesifik dapat diimplementasikan di Grasberg lantaran keunikan letak geografisnya. Misalnya soal jenis flora, aturan yang ada, umumnya mengacu pada tanaman hutan. Sementara wilayah Grasberg hanya bisa ditumbuhi rerumputan. Hal ini manjadi salah satu tantangan untuk proses evaluasi atau menentukan kriteria keberhasilan reklamasi sesuai aturan yang berlaku.
“Pemerintah mendorong kami untuk membuat kajian khusus. Kami bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan Institut Pertanian Bogor untuk membuat kajian. Menyusun kriteria keberhasilan reklamasi yang cocok untuk daerah subalpine dan alpine,” jelas Gesang.
Adapun subalpine dan alpine adalah zona habitat di pegunungan yang memiliki perbedaan dalam vegetasi, iklim, dan proses lainnya. Di masa mendatang, kata Gesang, hasil dari kajian tersebut bisa digunakan untuk tambang-tambang lain yang menyerupai Grasberg.
Meskipun sekarang hanya Freeport yang menambang di atas ketinggian, tetapi siapa tahu nanti di Indonesia muncul tambang baru dengan karakter geografis yang serupa.
Lalu Lalang Anjing Bernyanyi
Fauna asli di sekitar Grasberg tercatat ada beberapa jenis, seperti tikus, burung-burung, dan ada yang unik, namanya anjing bernyanyi atau singing dog. Hewan ini tidak seperti anjing pada umumnya yang menggonggong, tetapi melolong sebagai cara berkomunikasi dengan sesamanya. Lolongan unik yang menyentuh melodi rendah hingga tinggi, membuat masyarakat setempat menyebut hewan ini dengan nama anjing bernyanyi.
Freeport bekerja sama dengan sejumlah pihak melakukan penelitian tentang anjing bernyanyi, yaitu Universitas Cenderawasih (UNCEN) New Guinea Highland Wild Dog Foundation (NGHWDF) dan Universitas Negeri Papua (UNIPA). Penelitian ini penting untuk memastikan banyak hal, termasuk untuk mempertimbangkan secara ilmiah status perlindungannya, mengingat anjing bernyanyi perlu dijaga kelestariannya dan belum masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi.
“Untuk menjaga habitat dan populasi anjing bernyanyi, kami memberikan dukungan ke berbagai pihak, termasuk UNCEN, untuk melakukan penelitian lanjutan demi tujuan konservasi,” tegas Gesang.
Pada tahun 2020 lalu, hasil penelitian tersebut sudah dipublikasikan di jurnal internasional Amerika Serikat, yaitu Proceeding of the National Academy of Sciences (PNAS). Hingga kini, penelitian terus berjalan, yang mencakup menganalisis hubungan genetik antara anjing bernyanyi dengan anjing liar lain yang hidup di dataran tinggi Papua, pemantauan dengan perangkap berkamera, mengumpulkan sampel darah, kulit, dan rambut anjing untuk menganalisis ciri fisik, demografi, dan perilaku dari hewan tersebut. Hasil penelitian menemukan bahwa anjing bernyanyi memiliki sejumlah kemiripan dengan anjing liar pegunungan Papua serta dengan dingo yang berhabitat di Australia.
Anjing bernyanyi dapat ditemukan di hampir seluruh area tambang Grasberg. Tak ayal, sejumlah karyawan yang bekerja di area Grasberg juga kerap menyaksikan keberadaan kawanan anjing ini dari jarak dekat. Anjing bernyanyi sama sekali tidak menyerang manusia. Sebaliknya, kawanan anjing ini beberapa kali ditemukan dapat hidup dan beraktivitas berdampingan dengan para karyawan di sekitar tambang terbuka.
Masyarakat setempat meyakini bahwa anjing bernyanyi adalah keturunan dari nenek moyang mereka. Kearifan lokal ini yang turut membangun rasa tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi kelestarian satwa ini. Menjadi potret kiat-kiat Freeport membangun keberlanjutan di lingkar tambang.