Jakarta, TAMBANG – PT Medco Energi Internasional, Tbk (Perseroan) mencatat laba bersih sebesar USD127,8 juta di sepanjang 2017. Capaian ini ditopang karena kenaikan volume produksi minyak dan gas sebesar 31,5 persen. Juga harga komoditi yang membaik.
“Kami cukup senang dengan hasil ini yang mencerminkan penguatan kinerja operasi, seiring dengan keberhasilan upaya program efisiensi bisnis yang cukup kompleks, termasuk integrasi dari aset South Natuna Seangkatan, ” kata CEO Medco Energi Roberto Lorato, dalam keterangan resminya, Rabu (11/2).
Di sepanjang tahun 2017, produksi minyak dan gas naik menjadi 86,8 MBOEPD. Dibanding tahun sebelumnya terjadi kenaikan 31,5 persen. Kenaikan ini didorong kinerja yang kuat dari blok South Natuna Sea setelah diakuisisinya asset tersebut pada kuartal keempat 2016.
Selain itu juga diikuti dengan produksi yang lebih tinggi dari lapangan Senoro. Meski ada penurunan produksi di ladang Sumatera Selatan dan Rimau. Sementara Reserve Replacement Ratio tahunan (RRR) untuk 2017 dan untuk rata-rata 3 tahunan menunjukkan angka sekitar 1,3x.
Khusus pengembangan Proyek Blok A Aceh sejauh masih sesuai jadwal jadwal dan anggaran. Proyek ini telah commisioning gas pada 25 Maret 2018 lalu. Kapasitas penuh Blok ini akan meningkat hingga 58 BBTUD selama kuartal kedua 2018.
Kemudian di kuartal keempat tahun 2017, Perseroan meningkatkan kepemilikannya di Medco Power Indonesia (MPI) dari 49,0 persen menjadi 88,6 persen. Selanjutnya Perseroan mulai mengkonsolidasikan MPI dalam laporan keuangannya. Sebagai perusahaan listrik nasional yang berfokus pada energi gas, energi terbarukan yang bersih, MPI mengoperasikan pembangkit dengan kapasitas sebesar 526MW.
MPI juga menyediakan layanan operasi dan pemeliharaan untuk pembangkit yang menghasilkan 2.150 MW. Perseroan berharap dapat menghasilkan sinergi yang signifikan di masa depan dari portofolio ladang gas yang dioperasikan, fasilitas LNG, dan tenaga gas baru MPI.
Untuk jangka pendek, MPI akan fokus menyelesaikan pembangunan fasilitas panas bumi Pusaka mini-hydro dan fasilitas panas bumi Sarulla Unit 3. Kedua proyek ini diharapkan akan mulai operasi komersial pada kuartal kedua tahun 2018.
Di sektor pertambangan, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), telah menyelesaikan studi kelayakan pembangunan fasilitas smelter. Perseroan juga telah membayar kembali fasilitas pinjaman akuisisi dan mezzanine. Pada kuartal keempat, AMNT juga sudah memulai pengembangan fase-7 dari tambang Batu Hijau. Dananya masih dari sumber pembiayaan internal.
Perseroan juga sedang melakukan pengeboran appraisal terhadap asset tambang Elang. Ini telah memungkinkan AMNT untuk meningkatkan besaran ekspektasi sumber daya aset tambang Elang.
Dari sisis keuangan ada beberapa capaian yang positif yang berhasil ditorehkan. Pendapatan sepanjang 2017 naik menjadi USD925,6 juta. Ada peningkatan hingga 56,9 persen dibandingkan tahun 2016. Hal ini terjadi karena produksi yang lebih tinggi dan harga komoditas yang membaik.
Untuk diketahui harga realisasi rata-rata adalah USD51,5/BBLS (+21,8 persen year-on-year) untuk minyak dan USD5,5/MMBTU (+ 25,7 persen year-on- year) untuk gas. Sementara MPI turut menyumbang 7 persen dari total pendapatan perusahaan di tahun 2017 setelah dikonsolidasikan pada kuartal keempat.
Capaian positif ini juga karena Perseroan terus fokus pada efisiensi dengan biaya tunai tahun 2017 sebesar USD9,1/BOE. Angka ini lebih rendah dari komitmen Perusahaan untuk menjaga biaya per unit di bawah USD10/BOE hingga 2020.
Dari sisi EBITDA terjadi kenaikan 62,2 persen year-on-year menjadi USD434,2 juta. Ada peningkatan marjin EBITDA menjadi sebesar 46,9 persen bandingkan dengan tahun 2016 sebesar 45,4 persen. Hutang bersih terhadap EBITDA adalah 3,7x di 2017 tanpa MPI, dan 4,6x termasuk MPI. Data tersebut jauh di bawah level 6,5x pada tahun 2016.
Di sisi laba, Peseroan membukukan laba bersih sebesar USD127,1 juta. Hasil ini mencakup beberapa biaya tidak berulang, termasuk penyesuaian pra-penjualan atas aset yang dimiliki untuk dijual. Termasuk beban bunga dan pembiayaan AMNT untuk pelunasan hutang akuisisi dan hutang mezzanine (USD62,3 juta), pelepasan biaya untuk lindung nilai harga komoditas (USD135,7 juta) serta paket terminasi dini untuk karyawan tetap dan kontrak tertentu (USD20,4 juta).
Pada kuartal keempat 2017, Perusahaan telah menyelesaikan proses “Hak Memesan Tanpa Efek terlebih Dahulu” (HMETD) dengan rasio 1 saham baru untuk tiap 3 saham baru dengan perolehan dana tambahan sekitar USD195 juta dengan sekitar USD200 juta dana tambahan dari waran yang diharapkan akan dilaksanakan mulai Juli 2018 dan seterusnya.
Presiden Direktur Medco Energy, Hilmi Panigoro, mengatakan kinerja Perseroan cukup baik di tahun 2017 meskipun lingkungan bisnis yang cenderung berubah, dan kami berada diposisi yang baik untuk tetap kompetitif di masa mendatang.
“Aksi korporasi yang sukses, termasuk akuisisi saham pengendali di MPI, penerbitan obligasi USD kedua dan pelaksanaan transaksi HMETD juga telah memperkuat struktur modal kami serta turut memberikan nilai kepada para pemegang saham,” pungkas Hilmi.