Beranda Kolom Masa Depan Tembaga Cerah, PTFI Dan Amman Mineral Jadi Motor Penggerak

Masa Depan Tembaga Cerah, PTFI Dan Amman Mineral Jadi Motor Penggerak

Fedi Hasiman*

Kondisi global sekarang mengalami kelesuan. Beberapa negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang stagnan, perang Rusia-Ukraina yang belum berakhir dan arah kebijakan Amerika Serikat di bawah presiden terpilih Donald Trumph yang belum menentu. Kondisi ekonomi domestic juga belum pulih sepenuhnya, meskipun pertumbuhan ekonomi tetap bertahan di atas 5 persen. Untuk itu, masa depan industri tambang juga belum menentu karena sangat ditentukan permintaan (demand) global, pertumbuhan ekonomi domestic dan desain kebijakan industri tambang.

Meskipun demikian, masa depan industri tembaga untuk tahun 2025 dan tahun-tahun mendatang kelihatan cerah. “Dengan pemerintah membuat kebijakan 3 juta rumah, program swasembada pangan, kendaraan listrik dan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, membuat industri tembaga semakin menarik. Demikian disampaikan beberapa narasumber dalam diskusi terbatas dalam Focus Group Discussion bersama mahasiswa Indonesia Timur, Papua, Ambon dan Sulawesi, Senin 3 Februari, 2025 di Jakarta.

Narasumber yang hadir Pengamat Tambang, Ferdy Hasiman, Direktur Bilateral Kementerian Investasi, Rini Madow dan Direktur Eksekutif Anatomi Pertambangan Indonesia (API) Ryanda Barma.

Ferdy Hasiman mengatakan, Di hulu, sejak tambang open-pit (tambang terbuka) Grasberg selesai berproduksi tahun 2019, Freeport mengoperasikan tambang bawah tanah (underground) sejak tahun 2021. Pembangunan infrastruktur tambang underground, berupa tunel, train dan terowongan bawah tanah, sudah dipersiapkan mulai tahun 2002 dan baru beroperasi komersial tahun 2021. Jadi, persiapan dan transisi dari open-pit menuju underground cukup lama. “Saya mendapat data bahwa produksi underground Freeport di Grasberg sudah normal sebesar 160.000 sampai 200.000 matrik ton per hari ore (biji tembaga, emas dan perak)”, kata Ferdy

Ryan Barma melanjutkan, Produksi ore Freeport yang besar tak bisa lagi diekspor dalam bentuk mentah. UU No.3 Tahun 2020, tentang Mineral dan Batubara, melarang perusahaan tambang mengekspor mineral mentah, termasuk Freeport. Semua harus dimurnikan dalam negeri atau wajib membangun smelter. Dengan aturan baru, Freeport telah membangun pabrik smelter tembaga dengan kapasitas 1.7 juta ton konsentrat per tahun dan dana investasi senilai US$4 miliar. Smelter ini dibangun di Manyar, Jawa Timur dan merupakan pabrik smelter tembaga dengan desain single line terbesar di dunia. Namun, Ryanda mempertanyakan setelah Freeport membangun smelter tembaga bagaimana penyerapan untuk industri domestik ke depan?

Ferdy Hasiman lebih lanjut mengatakan, PT Amman Mineral Tbk (Amman) juga telah membangun pabrik smelter tembaga berkapasitas 900.000 matrik ton per tahun di Sumbawa Barat, NTB. Dua produsen tembaga ini adalah termasuk terbesar. Mereka sudah berkomitmen membangun pabrik tembaga.

Rini Madouw Direktur Bilateral Kementerian Investasi mengatakan bahwa peta jalan menuju industrialisasi tambang sudah siap dan terus dievaluasi. “Di kementerian investasi sudah lama dipersiapkan peta jalan industri tambang. Produk hilirisasi tambang juga sudah mantap kita desain. Untuk penyerapannya saya kira tidak sulit karena industri kita sekarang semakin tumbuh dan target pertumbuhan ekonomi pemerintah turut menopang penyerapan industri tembaga ke depan. Begitupun -program pemerintah, seperti perumahan rakyat yang membutuhkan semen, swasembada pangan yang membutuhkan pupuk, itu semua jalan agar hasil olahan tembaga terserap. Yang paling penting kita amankan pasokan dulu”, kata Rini.

Rini mengatakan, jika kita kilas sejarah. Dulu, PT Smelthing Gresik mengolah 300.000 ton konsentrat tembaga dari tambang Grasberg dan konsentrat tembaga Newmont Nusa Tenggara di Batu Hijau (sekarang sudah dimiliki Amman Mineral) untuk menghasilkan 900.000 ton sulfurid acid per tahun, gypsum 350.000 ton per tahun dan copper untuk bahan baku semen dan beton sebesar 655.000. Hasil olahannya kemudian diserap perusahaan-perusahaan semen dan beton yang ada di Jawa Timur dan pulau Jawa.

Lebih lanjut Ferdy Hasiman mengatakan, PT Smelting juga mensuplai hampir 1 juta ton sulfuric acid ke PT Petrokimia Gresik untuk memproduksi 5 juta ton per tahun pupuk. Nah, dengan penambahah smelter Freeport baru di Manyar berkapasitas 1.7 juta ton dan smelter Amman di Sumbawa Barat dengan kapasitas 900.000 matrik ton, apakah industri domestik bisa menyerap semua hasil olahan konsentrat tembaga? Ataukah kondisi globallah yang membuka ruang bagi produsen tembaga bisa bersinar?

Ferdy mengatakan, revolusi kendaraan listrik global adalah juga berkah bagi produsen tembaga. Karena tembaga adalah salah satu komponen penting untuk pembangunan baterai kendaraan listrik, selain nikel, mangan dan cobalt. Untuk pembangunan baterai kendaraan listrik, mineral penting yang dibutuhkan, seperti aluminium (18.9 persen), nikel (15,7 persen), tembaga (10,8 persen), baja (10,8 persen), mangan (5,4 persen), cobalt (4,3 persen) dan lithium (3,2 persen). Itu menunjukan bahwa tembaga adalah komponen kunci pengembangan kendaraan listrik. Secara makro ini tentu dapat mengantisipasi defisit akibat impor minyak dan gas yang terus melebar. Tembaga menjadi bahan dasar (raw materials ) pengembangan baterai untuk eksosistem mobil listrik.

Glencore, salah satu produsen metal terbesar dunia mengatakan, kebijakan kendaraan listrik akan menambah permintaan (demand ) tembaga sebesar 18 persen tahun 2030 dan nikel global tumbuh 55 persen. Dalam ekosistem kendaraan listrik, tembaga digunakan untuk pembangunan jaringan listrik, jaringan storage (penyimpanan/reservoar) dan charging (Infrastrukur pengisian). Menurut Glencore, permintaan tembaga untuk charging saja, misalnya akan tumbuh dari 23,000 ton di tahun 2020 menjadi 392,000 ton tahun 2030. Ini tentu berita baik bagi produsen tembaga, seperti Freeport dan Amman yang telah membangun pabrik smelter.

Berdasarkan fakta-fakta yang ada, FGD itu menyimpulkan bahwa masa depan industry tembaga yang dimotori Freeport dan Amman Mineral ke depan menjadi sangat cerah. Tembaga adalah mineral penting untuk merealisasikan gagasan dekarbonisasi global. Sebesar 65 persen hasil olahannya untuk pengembangan energi terbarukan, seperti baterai kendaraan listrik, pembangkit listrik (1.5 juta ton permintaan global) dan solar power (5.5 juta ton permintaan global). Apalagi kapasitas produksi mereka di hulu sangat potensial. Freeport masih memiliki cadangan 2 miliar ton bijih berupa tembaga, perak, dan emas sampai tahun 2041. Sedangkan Amman masih memiliki potensi cadangan ore di Batu Hijau sampai tahun 2038.

Pakar Pertambangan dan Energi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini