Jakarta-TAMBANG. PT Pertamina Gas (Pertagas) bersiap membangun kilang mini Liquefied Natural Gas (LNG) di Blok Nunukan, Lapangan Badik, Kalimantan Timur. Ditargetkan, kilang berkapasitas 25 juta kaki kubik gas per hari (mmscfd) ini selesai pada 2019.
Presiden Direktur Pertagas, Hendra Jaya mengatakan pembangunan kilang mini LNG ini masih dalam tahapan kajian awal. LNG yang diproduksi dari kilang mini LNG Nunukan ini nantinya akan dikirim ke sejumlah terminal penampungan (receiving terminal) yang akan dibangun di kawasan Indonesia bagian timur, seperti, di Lombok, Halmahera dan Pomalaa.
“Kami akan fokus ke Indonesia Timur untuk pemenuhan kebutuhan gas. Karena terlalu jauh kalau dibawa ke FSRU Jawa Barat,” ungkapnya, Rabu (4/2).
Ia melanjutkan, pembangunan kilang mini LNG di Nunukan ini untuk memonetisasi cadangan gas yang dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi Nunukan.
General Manager PT Pertamina Hulu Energi Nunukan, Alfian Husein mengatakan saat ini perusahaan masih melakukan kajian permukaan bawah tanah alias sub surface study untuk struktur Lapangan Badik dan West Badik di Blok Nunukan terkait besaran cadangannya.
Sejauh ini, PHE sudah melakukan pengeboran pada tiga sumur yaitu satu sumur eksplorasi dan dua sumur pengembangan (appraisal). Selain itu perusahaan juga masih melakukan studi pra-front end engineering design (FEED) yang akan tuntas dalam dua bulan ke depan.
Alfian menjelaskan, jika kedua studi itu tuntas, berikutnya dilanjutkan dengan studi keekonomian dan proses penyusunan head of agreement (HoA) untuk jual beli gas.
“Setelah itu memasukkan proposal pengembangan ke Kementerian ESDM bulan Oktober 2015,” ujar dia.
Alfian memperkirakan, Lapangan Badik di Blok Nunukan akan memproduksi gas di atas 60 mmscfd dan minyak sebanyak 6.000 barel per hari. Namun, kata Alfian, semua potensi itu masih dikaji. Di Blok Nunukan, PHE Nunukan memiliki 35% saham, Medco 40%, dan sisanya milik India Videocon Industries Limited dan Bharat PertroResources Limited.
Sementara itu, untuk mengoptimalkan pemanfaatan gas bumi nasional, Kementerian ESDM bersiap membuat peraturan untuk memperketat ekspor liquefied natural gas (LNG). Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmadja menuturkan, tahun ini Indonesia bakal memiliki banyak ekses atau kelebihan kargo LNG karena ekspor LNG akan diperketat. Nantinya, LNG itu akan diberikan ke PGN, Nusantara Regas, Pertamina, hingga PLN.
“Prioritas utama untuk dalam negeri, itu yang sedang kami diskusikan,” kata dia, Selasa (3/2).
Sejauh ini , diakui Wiratmadja, pihaknya sedang menyiapkan sejumlah peraturan yang akan menetapkan alokasi penjualan LNG di dalam negeri.
“Kami ingin tingkatkan porsi gas untuk dalam negeri karena sekarang rata-rata alokasi gas 60% diekspor sementara 40% lainnya untuk dalam negeri,” tuturnya.
Dengan begitu, ke depannya, Pertamina harus membangun FSRU di Bojonegoro, Makassar, dan Banten agar kelebihan LNG bisa terserap.