Jakarta-TAMBANG. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyerahkan sepenuhnya pengadaan listrik di pulau terluar dan daerah perbatasan ke PT PLN (Persero). Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Alihuddin Sitompul mengatakan pihaknya hanya menjadi pengawas dari program tersebut. Segala urusan pendanaan dan teknis di lapangan sudah jadi otoritas PLN.
PLN kabarnya sudah melakukan kontrak dengan perusahaan-perusahaan penyedian genset yang akan dipakai di 49 titik pulau terluar dan daerah perbatasan. Total kapasitasnya mencapai lebih kurang 67,8 MW. Penggunaan genset, kata Ali, paling strategis karena PLN dituntut untuk segera menyelesaikan seluruh proyek itu sebelum 17 Agustus 2015.
“Itukan perintah RI 1 ya bagaimana pun harus dilaksanakan. Saya sendiri kurang yakin akan bisa selesai semua tapi sepengetahuan saya sudah ada beberapa daerah yang mulai siap,” kata Ali kepada Majalah TAMBANG, Jumat (19/6).
Ali memaklumi apabila target di 49 titik terluar dan perbatasan tidak dapat tercapai semua secara bersamaan. Jarak yang jauh dan cuaca ekstrim seringkali menjadi kendala pengoperasian pembangkit listrik tenaga disel tersebut. Apabila ombak sedang tinggi, pemasok BBM akan kesulitan mencapai lokasi dan berdampak pada operasional pembangkit.
Untuk menghindari masalah seperti itu, Kementerian ESDM melalui Ditjen EBTKE juga merancang program PLTS yang akan menjadi alternatif pembangkit disel. Di setiap titik yang akan dipasang pembangkit disel, pemerintah akan memasang PLTS berkapasitas sekitar 100 kilowatt hingga 300 kilowatt.
“Sudah kami siapkan program itu sejak saya masih di EBTKE. Dananya dari APBN dengan total mencapai Rp 750 miliar,” ungkap Ali yang sebelumnya menjabat Direktur Aneka Energi Terbarukan.
Sayang, operasional PLTS juga belum bisa terlaksana karena menunggu pembangkit disel lebih dulu beroperasi. PLTS hanya bisa dipasang apabila lokasi genset sudah ditentukan. Padahal waktu pemasangannya terbilang singkat, hanya tiga bulan. Jika berhasil PLTS ini akan menjadi penyangga kebutuhan listrik pada beban puncak di malam hari, sementara disel hanya beroperasi di siang hari. Selain PLTS, Ali memaparkan, ke depannya pemerintah akan mendorong PLN untuk menggunakan biodisel sebagai pengganti BBM untuk mengoptimalkan industri biodisel nasional.