Jakarta, TAMBANG – PT Pertamina (Persero) terus didorong untuk mengelola lapangan migas Blok Masela yang lama menganggur selepas ditinggal Shell pada 2020 lalu. Hal itu diungkapkan Dirjen Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji usai pembukaan IPA Convex 2022.
“Pertamina memang didorong untuk mau melihat lebih jauh. Pertamina memang melakukannya. Harapannya akhir tahun ini bisa memberikan hasil evaluasinya,” kata Tutuka, dikutip Jumat (23/9).
Menurut Tutuka, Pertamina juga disarankan untuk mencari partener yang sesuai dengan kriteria pemegang saham mayoritas, Inpex. Hal ini karena kondisi Blok Masela cukup sulit sehingga membutuhkan mitra yang berpengalaman.
“Menurut kami memang Pertamina tidak bisa sendiri juga. Harus mencari partener yang kira-kira Inpex juga oke. Jadi itu juga yang tidak mudah. Kondisinya juga tidak mudah kan itu,” ungkapnya.
“Terutama kan itu offshore dan akan ada onshore yang dikembangkan. Jadi biayanya besar dan penuh pengalaman juga. Kita terbuka, siapa aja diajak, kalau tertarik kita buka peluang juga. Karena ini besar resikonya,” imbuh Tutuka.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa Pertamina memang disarankan menggarap blok ini bersama dengan Indonesia Investment Authority (INA).
“Nanti, ada blending antara INA, kemudian Pertamina, dan mungkin ada beberapa perusahaan lain yang dijajaki Menteri BUMN untuk membikin suatu konsorsium untuk mengambil alih saham (hak partisipasi) 35% tersebut (Shell),” ungkap Bahlil beberapa waktu lalu.
Untuk diketahui, Shell meninggalkan Blok Masela karena kondisi arus kas yang terdampak Covid 19 dan lebih memfokuskan pada proyek-proyek lain yang tengah berlangsung di Indonesia. Saham Shell sendiri mencapai 35 persen.