Beranda Tambang Today Laba Komatsu Kuartal Pertama Turun 52%

Laba Komatsu Kuartal Pertama Turun 52%

Laba bersih UNTR
Deretan alat berat produk Komatsu. Sumber: UNTR

 

 

TAMBANG, TOKYO. PERUSAHAAN pembuat peralatan untuk tambang dan konstruksi, Komatsu Ltd., kemarin mengumumkan, laba kuartal pertama tahun ini turun 52%, ketimbang laba kuartal pertama tahun lalu. Berkurangnya keuntungan disebabkan menurunnya permintaan alat berat, terutama dari Timur Tengah dan Indonesia.

 

Komatsu merupakan produsen terkemuka alat berat di dunia. Di Indonesia, Komatsu diageni oleh PT United Tractors, yang tergabung dalam grup Astra. Penurunan permintaan alat berat, terutama dari sektor tambang, dapat dibaca dalam situs web United Tractors, 25 Februari lalu. Di situ PT United Tractors Tbk (”Perseroan”) mengumumkan Laporan Keuangan Konsolidasian untuk tahun buku 2015.

 

Perseroan mencatat pendapatan bersih konsolidasian turun 7% menjadi Rp 49,3 triliun pada tahun 2015 dibandingkan Rp53,1 triliun pada tahun 2014, akibat turunnya harga batu bara. Penjualan alat berat Komatsu turun 40% menjadi 2.124 unit, dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 3.513 unit. Penurunan penjualan alat berat tersebut terjadi di semua sektor pengguna alat berat. Di sisi lain, penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat berat meningkat sebesar 2% atau mencapai Rp6,1 triliun didorong oleh kebutuhan para pelanggan untuk menjaga kondisi alat beratnya. Secara total, pendapatan bersih dari segmen usaha mesin konstruksi turun 9% menjadi Rp13,6 triliun. Meski demikian, Komatsu masih menjadi pemimpin pasar di Indonesia.

 

Tidak hanya di Indonesia, bahkan di pasar global pun Komatsu juga menjadi produsen terkemuka. Koran Jepang, The Japan Times melaporkan, meski ceraca keuangannya lagi menurun, Komatsu menawar saham Joy Global Inc., perusahaan pembuat alat berat dari Amerika Serikat, dengan nilai US$ 2,9 miliar. Komatsu berharap pasar alat berat akan tumbuh lagi pada 2019.

 

Penawaran Komatsu masih harus disetujui lebih dahulu oleh pemegang saham Joy Global, serta lembaga anti-monopoli Amerika Serikat. Bila penawaran ini disetujui, maka pasar alat berat dunia akan didominasi oleh Komatsu dan Caterpillar Inc.

 

Industri alat berat terpukul oleh anjloknya harga komoditi seperti bijih besi, tembaga, batu bara. Menurunnya permintaan membuat industri alat berat mengurangi jam kerja, memangkas jumlah pegawai, dan mengurangi biaya lain yang dipandang belum diperlukan, demi menghemat ongkos.