Kinerja PT ABM Investama Tbk (ABMM) tertekan di sepanjang tahun 2020. ABMM membukukan laba bersih yang menurun drastis. Namun demikian, dari sisi pendapatan kontrak dengan pelanggan, ABMM mencetak pertumbuhan.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indoneisa (BEI), Jumat (16/4), ABMM membukukan pendapatan senilai USD 606,4 juta pada 2020. Realisasi ini naik 2,3% dibandingkan dengan pendapatan pada akhir 2019 yang mencapai USD 592,39 juta.
Adapun laba bersih ABMM pada tahun lalu turun tajam. Tercatat, emiten batu bara yang memiliki tambang di Kalimantan Selatan dan Aceh ini, membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sekitar USD 35 ribu. Realisasi ini merosot lebih dari 571% dari capaian laba bersih tahun 2019 yang mencapai US$ 7,5 juta.
Alhasil, laba per saham dasar ABMM juga turun menjadi US$ 0,01295 dari sebelumnya sebesar US$ 0,00274.
Per Desember 2020, jumlah aset ABMM mencapai US$ 827,2 juta. Nilai ini terdiri atas liabilitas senilai US$ 665,4 juta dan ekuitas senilai US$ 161,7 juta.
Dari sisi operasional, ABMM mencetak volume produksi batu bara sebesar 12,5 juta ton. Naik dari tahun sebelumnya sebesar 11,7 juta ton. Sedangkan volume pemindahan lapisan penutup atau over burden removal sebesar 140 juta bcm, naik dari tahun sebelumnya sebesar 95 juta bcm.
Pendapatan dari bisnis kontraktor tambang dan tambang batu bara masih menjadi kontributor utama ABMM, yakni senilai USD 465.83 juta atau 76,8% dari total pendapatan. Disusul oleh pendapatan dari bisnis logistik dan sewa kapal senilai USD 87.32 juta, serta divisi site services (SSD) dan repabrikasi senilai US$ 31,37 juta.
ABMM juga membukukan pendapatan dari segmen pabrikasi senilai USD 19,5 juta dan dari perdagangan bahan bakar senilai USD 25,8 juta. Tahun ini ABMM membukukan pendapatan dari sewa mesin pembangkit tenaga listrik sebesar USD 197 ribu.