Luwu Timur, TAMBANG – Selain komitmen menjaga kebersihan Danau Matano, PT Vale Indonesia (Vale) juga mengembangkan potensi wisata yang ada di sekitar, salah satunya Laa Waa River Park yang terletak di Desa Matano, Kecamatan Nuha, Luwu Timur, Sulsel.
Ketua Pengelola Desa Wisata Matano, Amsal menyebut Vale telah berkontribusi besar terhadap pengembangan ekowisata yang baru dirintis tahun 2020 ini.
“Kontribusi Vale di Desa Matano ini sangat besar, mulai dari pembangunan dermaga, dan fasilitas lain,” kata Amsal saat ditemui di lokasi, Minggu (18/12).
Bahkan perusahaan tambang nikel terintegrasi ini, akan menambah fasilitas lain seperti banana boat dan speed boat. Ini dilakukan agar sarana rekreasi Laa Waa River Park semakin lengkap dan mampu menarik banyak pengunjung.
“Ke depan akan menambah fasilitas seperti banana boat, speed boat untuk menunjang fasilitas desa wisata ini,” ujar dia.
Pihaknya juga akan membangun resort supaya wisatawan bisa menikmati keindahan alam yang masih asri ini dengan santai. Biaya pembangunan berasal dari investor, Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), dan lain-lain.
“Ke depan kami lagi buka lahan ini untuk membuat resort. Jadi kita akan buat paket. (biaya pembangunan dari-red) Investor, BUMDES dan lain-lain,” ungkapnya.
Sejauh ini, Laa Waa River Park selain menyuguhkan panorama yang ciamik, juga menyediakan beberapa fasilitas seperti tenda camping, glamping, body rafting, gazebo dan kano.
Tarif masuknya cukup murah yaitu Rp. 5.000 per orang. Kalau mau camping, pengunjung hanya merogoh kocek Rp. 10.000 per malam.
“Tarif camping 10 ribu satu malam. Itu tempatnya saja,” ujar Amsal.
Jika tidak mau repot, pelancong cukup membayar Rp. 100.000, dengan fasilitas yang didapat berupa tenda, glamping, tikar dan kompor.
“Glamping itu satu paket sama tenda. Kita siapkan kompor dan karpet, tarifnya seratus ribu,” imbuhnya.
Adanya desa wisata anyar ini turut membawa manfaat bagi warga sekitar, terutama dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini diungkapkan Kepala Desa Matano, Jumahir.
“Dampaknya mampu menyerap tenaga kerja. Kemarin anak-anak yang kerja sekarang itu, dulunya mondar-mandir, sekarang mereka fokus mengelola ini. Ada penghasilan yang mereka dapatkan. Itu yang kami syukuri selaku pemerintah,” ucap Jumahir.
Menurut dia, manfaat lain dari adanya desa wisata ini adalah bisa memasarkan hasil kerajinan tangan warga setempat. “Di sini juga ada kerajinan masyarakat dan di bawa ke sini lalu dibeli pengunjung,” imbuhnya.
Meski tergolong baru, Desa Wisata Matano berhasil menyabet juara 2 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 kategori Kelembagaan Desa Wisata dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
“Kemarin masuk 50 desa wisata ADWI itu peranan Vale sangat besar dalam membantu. Sehingga dalam lomba itu, kita juara dua dalam kategori kelembagaan. Semua disupport dari Vale. Soal administrasi, manajemen sampai keuangannya dari Vale,” tandasnya.