Jakarta, TAMBANG – Masih adanya kekhawatiran akan hubungan dagang AS dan China membuat laju bursa saham Asia kembali melemah.
Pengamat Pasar Modal Analis Efek Indonesia (AEI), Reza Priyambadha , mengatakan, tidak hanya itu, jatuhnya nilai mata uang Lira Turki terhadap USD seiring tidak adanya kemajuan kerja sama dagang di antara keduanya, turut berimbas pada aksi jual sejumlah bursa saham Asia.
Nikkei melemah dengan tekanan pada saham-saham pertambangan dan pelayaran. Kospi berbalik turun dengan adanya aksi jual pada saham-saham teknologi. Begitupun dengan ASX yang melemah seiring penurunan saham-saham energi.
Sejumlah indeks saham China berakhir variatif dimana Shanghai dan Shenzhen naik tipis namun, Hang Seng melemah dengan adanya aksi jual pada saham-saham energi, material, dan jasa.
Sementara di zona Eropa, imbas pelemahan pada sejumlah bursa saham Asia, turut mempengaruhi jalannya indeks saham Eropa dimana cenderung berakhir dengan penurunan. Indeks pan-European Stoxx 600 melemah lebih dari satu persen dengan tekanan pada saham-saham perbankan dan sumber daya.
Jatuhnya nilai mata uang Lira Turki terhadap USD membuat USD bergerak naik sehingga EUR dan GBP pun terlihat melemah. Kondisi itulah yang direspon negatif pelaku pasar.
Pada bursa AS, masih adanya aksi beli pada saham-saham teknologi, terutama pada saham Amazon dan Apple, mengantarkan indeks Nasdaq ke zona hijau. Akan tetapi, penguatan tersebut tidak berimbas pada sejumlah indeks saham AS lainnya yang cenderung berbalik melemah.
Pelaku pasar masih merespon positif rilis kinerja dari sejumlah emiten namun, di waktu yang sama juga bereaksi negatif dengan adanya sentimen.
“Serta dari masih adanya ancaman perang dagang AS dan China terutama dengan adanya serangan balasan terkait dengan tarif dagang di antara keduanya,” kata Reza.