Jakarta, TAMBANG – Di antara upaya penurunan emisi gas rumah kaca yang tengah digalakkan pemerintah adalah konversi motor berbahan bakar minyak (BBM) menjadi motor listrik. Alih-alih moncer sebagaimana terjadi pada permintaan motor listrik baru, program konversi justru kurang diminati masyarakat.
“Kita perlu mempromosikan lebih gencar lagi, kemudian infrastrukturnya harus kita perkuat terus, berangsur lah. Kalian dulu yang ganti listrik,” ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif di Jakarta, Jumat (19/5).
Menurut dia, sebenarnya program konversi ini mendapat respon positif dari masyarakat apalagi setelah pemerintah memberikan insentif sebesar Rp 7 juta. Meski begitu, dibutuhkan lagi usaha-usaha khusus dari semua stakeholder agar program ini semakin banyak diminati publik.
“Dulu surveinya dan animonya cukup, asal ada manfaatnya, asal ada insentifnya. Sekarang insentifnya sudah ada tinggal kita dorong, sekarang perlu sektor-sektor untuk mendorong ini,” imbuh dia.
Sejauh ini, motor yang bisa dikonversi adalah motor yang usianya 10 tahun ke atas. Kata dia, semakin tua motor yang dikonversi, semakin banyak pula emisi karbon yang bisa dikurangi.
“Motor-motor yang sudah tua-tua yang kita targetin 10 tahun ke atas dulu, pasti motor lama sama juga efisiensinya sudah turun, kalau turun kan artinya emisinya makin banyak,” beber dia.
Hingga saat ini, sudah ada sekitar 200 motor yang diajukan untuk dikonversi menjadi motor listrik kepada Kementerian ESDM. Padahal, pemerintah menargetkan 50 ribu unit selama 2023. Motor-motor yang diajukan kebanyakan berasal dari Jabodetabek.