Jakarta – TAMBANG. Pasca kenaikan harga BBM bersubsidi, PT Pertamina (Persero) optimis konsumsi Pertamax mengalami pertumbuhan hingga empat kali lipat.
Drektur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya Yuktyanta mengungkapkan kenaikan BBM bersubsidi yang menciptakan selisih harga tidak lebih dari Rp2.000 per liter akan mendorong perpindahan arus konsumen premium menuju pertamax. Ia memprediksi lonjakan konsumsi itu akan tercapai dalam dua hingga tiga bulan.
“Karena delta (selisih) sedikit yaitu Rp 1.700 per liter. Saya hitung penjualan akan meningkat dari 2.500 jadi 10 ribu kiloliter selama dua hingga tiga bulan,” kata Hanung di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (18/11).
Jika dihitung menggunakan Mean of Platts Singapore (MoPS) Oktober lalu yang menjadi acuan harga Pertamax bulan ini, harga Pertamax mencapai Rp10.200 per liter. Setelah harga BBM bersubsidi naik, tambah Hanung, selisih harga Premium dan Pertamax berkisar Rp1.700 per liter.
Untuk memenuhi kenaikan kebutuhan Pertamax, Hanung mengungkapkan Pertamina akan menambah keran (nozzle) Pertamax dengan target 40% dari nozzle Premium. Menurut Hanung, saat ini stok Pertamax cukup untuk mencukupi kebutuhan hingga 40 hari ke depan dengan perhitungan konsumsi 2.500 liter per hari.
Untuk mengantisipasi kenaikan konsumsi Pertamax, Pertamina akan menambah impor Pertamax sebanyak tiga kargo pada Desember 2014. “Sekitar dua hingga tiga kargo untuk Desember. Satu kargo berisi sekitar 200 ribu liter,” ungkapnya.
Dikatakan Hanung, dengan kondisi harga minyak dunia bulan ini mengalami penurunan, Pertamina akan menurunkan harga pertamax. Diperkirakan pada Desember, harga pertamax bisa berada di bawah Rp 10 ribu per liter. Hal tersebut diharapkan dapat menarik minat masyarakat menggunakan BBM non subsidi.
“Saya pikir turunkan lagi. Demi mendorong pengunaan BBM non subsidi. Pokokmya harganya lebih rendah dari pesaing,” ungkapnya.
Menurut Hanung, dengan adanya peningkatan konsumsi pertamax maka beban negara akan berkurang. Uang negara untuk menomboki BBM subsidi akan juga akan berkurang. Selain itu, peningkatan penjualan Pertamax membuat keuangan Pertamina semakin baik.
“Ini bisa meringankan negara. Kalau volume naik secara total bagus kalau retail marketing market sales penting suistanability -nya,” jelas Hanung.