Jakarta-TAMBANG. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan pembangun kilang minyak di Bontang, Kalimantan Timur dilakukan pada 2017. Dua skema telah disiapkan, salah satunya bisa diwujudkan dengan kerjasama antara pemerintah dan perusahaan swasta.
Menteri ESDM, Sudirman Said mengatakan keputusan pembangunan kilang Bontang tersebut disampaikan setelah Kementerian ESDM menggelar rapat koordinasi dengan Kemeterian Koordinator Perekonomian yang digelar hari ini.
Sudirman berujar, dalam perencanaan pembangunan kilang Bontang, pemerintah telah menugaskan PT Pertamina mencari investor. Selain itu, pemerintah juga akan menggandeng konsultan internasional, dan menunjuk Kementerian Keuangan untuk untuk penunjukan konsultan tersebut.
“Nanti tugas konsultan akan mendampingi Pertamina mencari mitra. Pertamina dalam proyek ini menjadi penanggung jawab pelaksana proyek,” kata Sudirman di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa (9/2).
Sudirman menargetkan, pencarian investor swasta untuk Kilang Minyak Bontang bisa selesai Oktober ini. “Tahun depan ditargetkan groundbreaking dan inisiasi konstruksi,” jelasnya.
Menurutnya proses pembangunan kilang tersebut akan membuat kapasitas dalam negeri semakin besar untuk memenuhi permintaan yang diprediksi semakin besar dalam sepuluh tahun mendatang.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja menuturkan ada dua skema yang disiapkan untuk mewujudkan pembangunan kilang tersebut. Pertama, hanya membangun kilang. Kedua, Kilang yang terintegrasi dengan petrokimia.
Lebih lanjut, kata Wirat, kedua skema itu memiliki konsekuensi tersendiri. Untuk skema pertama, produksi gasoline diperkirakan mencapai 120 ribu barel per hari (bph). Selain itu, memiliki internal rate of return (IRR) 7%. Sedangkan, untuk skema kedua, bisa menghasilkan gasoline lebih kecil yaitu 60 ribu bph. Namun dari segi IRR malah lebih besar, bisa mencapai 10%. Jika skema pembangunan kilang berintegrasi itu dipilih, maka diperlukan kilang lain untuk mendukung kebutuhan produksi. “Jika skema kedua ini yang diambil maka rencananya kilang Arum yang dipilih untuk mendukung produksi,” pungkasnya.
Pemerintah telah menyiapkan lahan 600 hektare (ha) untuk pembangunan kilang tersebut. Kemeterian Tata Ruang dan Agraria telah memberi jaminan agar tidak menghambat rencana pembangunan.
Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah juga menambahkan, untuk proyek tersebut investasi yang disiapkan cukup besar, sebesar USD14 miliar. “Ini cukup masiv. Kita enggak mau juga berhenti sampai di BBM saja. Tapi juga industri hilirnya. Karena value editnya disitu, di Petrokimia,” tutupnya.