Jakarta-TAMBANG- Perbedaan harga antara bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan non subsidi sangat tipis.Konsumen cenderung memilih BBM ramah lingkungan dengan kadar oktan (RON) yang lebih tinggi. Memilih BBM dengan kulitas yang lebih baik artinya ikut menjaga lingkungan dan merawat kendaraan.
Perubahan pola konsumsi konsumen terhadap BBM ang lebih baik kualitasnya terlihat dengan semakin menurunnya permintaan BBM jenis premium. Di saat bersamaan, BBM berjenis Pertal;ite atau Pertamax, permintaanya, terus menanjak naik.
Saat ini harga jual pertalite di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) sebesar Rp6.900 per liter dan pertamax dibanderol Rp7.350 per liter . Sementara premium dibanderol Rp6.450 per liter. Artinya, harga pertalite dan pertamax berkisar Rp500-Rp900 per liter. Dengan selisih harga yang tidak terlalu lebar, kualitas yang diperoleh konsumen dari pertalite dan pertamax jauh lebih bagus.
Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, mengatakan tren penurunan konsumsi Premium sangat dipengaruhi faktor harga. Dengan selisih harga yang tidak jauh berbeda, konsumen lebih memilih BBM dengan kualitas yang lebih bagus.
“Sekarang harusnya dijadikan momentum untuk perbaikan kualitas BBM dengan memperbanyak Pertalite dan Pertamax,” kata Tulus di Jakarta.
Tren penjualan BBM nonsubsidi Pertamina kini mencapai 45% dari total konsumsi BBM yang saat ini mencapai 91 ribu KL per hari menyusul terjadinya penurunan permintaan premium oleh masyarkat.
Menurut Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, tren penjualan BBM nonsubsidi Pertamina, yaitu pertamax series dan pertalite semakin hari kian meningkat. Jika pada semester I 2016 rata-rata hanya sekitar 15 ribu KL per hari atau 20% dari tota permintaan BBM, pada 20 hari pertama September 2016 konsumsinya mencapai 40.837 KL per hari atau 45% dari total konsumsi BBM.
“Perkembangan ini sangat menggembirakan karena menunjukkan bahwa masyarakat di Tanah Air sudah benar-benar menerima inovasi produk yang dilakukan Pertamina. Kami akan terus meningkatkan ketersediaan pertamax series dan pertalite di lebih banyak SPBU uintuk memastikan pelayanan kepada masyarakat berjalan dengan baik,” katanya.
Berdasarakan statistik tren penjualan BBM oleh Pertamina, pertalite mengalami lonjakan paling tinggi. Konsumsi dari 1-20 September tercatat mencapai 25 ribu kiloliter per hari. Padahal pada periode Januari-Juni 2016, penjualan pertalite rata-rata masih sekitar 6.500 KL per hari.
Konsumsi pertamax juga meningkat tajam, dari semula di kisaran 10 ribu KL per hari pada semester I menjadi 15 ribu KL per hari pada periode 1-20 September. Sementara itu, Pertramax Turbo yang baru diluncurkan awal Agustus 2016 terjadi lonjakan konsumsi sekitar 170% pada September 2016.
Di sisi lain, menurut Wianda, konsumsi premium justru turun dari semula 70 ribu KL per hari pada semester I 2016 menjadi hanya 55 ribu KL per hari pada Agustus dan 50 ribu KL per hari pada 20 hari pertama September 2016. Namun, tambah Wianda, Pertamina akan terus menjaga ketersediaan premium di tengah pelemahan permintaan tersebut.
Menurut Andi Noorsaman Sommeng, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas), masyarakat sudah berubah dan memilih BBM yang berkualitas karena bisa meningkatkan performans mesin dan ramah lingkungan. “Konsumen sudah jauh lebih selektif memilih BBM yang sesuai spesifikasi kendaraan masing-masing,” katanya.